YOUR ADS HERE

Rabu, 30 Juni 2010

Ramalan Bintang 6 Juni 2010

Ramalan Bintang 6 Juni 2010
Oleh Nur Agustinus

CAPRICORN (22 Desember-19 Januari)

Jangan tergesa-gesa ganti haluan. Bertahanlah untuk beberapa saat dan melihat perkembangan yang ada. Manfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Keuangan ada peningkatan yang cukup lumayan. Kesehatan mulailah berolahraga rutin. Asmara masa lalu jangan sampai menghalangi Anda berdua. Hari baik Senin. Angka bahagia 4-9.

AQUARIUS (20 Januari-18 Februari)

Menolong orang lain, sangat baik. Namun Anda harus melihat kondisi diri Anda sendiri.. Usaha minggu ini lumayan lancar, rejeki bisa diharapkan. Keuangan usahakan menabung selagi bisa. Kesehatan perbanyak minum air putih. Asmara menunggu tanpa berbuat sesuatu, sama juga bohong. Hari baik Selasa. Angka bahagia 1-8.

PISCES (19 Februari-20 Maret)

Kalau tidak hati-hati, minggu ini Anda bisa mengalami masalah besar. Usaha cenderung agak seret, namun di pertengahan minggu ada peluang yang cukup bagus. Jangan lewatkan hari baik. Keuangan wah, bagus. Kesehatan upayakan tidur lebih awal. Asmara cuma Anda yang tahu mana yang terbaik. Hari baik Kamis. Angka bahagia 4-9.

ARIES (21Maret-19 April)

Pekerjaan berat bisa membuat stres, apalagi jika kurang mendapat tanggapan positif dari atasan. Karena kondisi keuangan kurang baik, sebaiknya perketat pengeluaran. Salah satu rencana Anda bisa terwujud dalam minggu ini. Kesehatan kurang begitu bagus, mudah sakit. Asmara jangan terlalu pemilih. Hari baik Kamis. Angka bahagia 5-4.

TAURUS (20 April-20 Mei)

Jangan mudah terbawa emosi jika menghadapi berbagai rintangan yang terjadi. Suasana yang tegang perlu diimbangi dengan sikap yang santai. Ada hari-hari bahagia dalam waktu dekat. Keuangan mulai dari kecil dulu. Kesehatan pusing. Asmara, kenapa jauh-jauh cari pasangan. Di sekitar Anda juga ada. Hari baik Selasa. Angka bahagia 3-4.

GEMINI (21 Mei-21 Juni)

Karir sedang tersendat, namun jangan sampai hal ini memengaruhi semangat Anda. Soal pekerjaan, lakukan inisiatif. Jaga hubungan dengan saudara, jangan dibiarkan kalau ada perselisihan. Keuangan tak mengecewakan. Kesehatan jaga makanan saja. Asmara situasi yang tidak tepat bisa membuat kacau. Hari baik Rabu. Angka bahagia 2-8.

CANCER (22 Juni-22 Juli)

Segera ambil jika ada peluang. Sukses bakal menanti. Ada baiknya Anda membantu rekan yang masih kurang beruntung. Selain itu, cobalah berpikir lebih terbuka dan mau menerima kritik orang lain. Keuangan sedang bagus. Kesehatan ada gangguan di pinggang. Asmara Anda juga bisa kalau mau. Hari baik Minggu. Angka bahagia 7-3.

LEO (23 Juli-22 Agustus)

Jangan sepelekan janji yang telah Anda ucapkan. Tanggung jawab sedang diuji. Cobalah untuk menepati janji Anda. Jadi, mulailah berpikir lebih serius untuk usaha Anda. Keuangan tawaran dari keluarga tak boleh disia-siakan. Kesehatan waspadai kalau sakit kepala. Asmara lain di mulut, lain di hati? Hari baik Selasa. Angka bahagia 3-9

VIRGO (23 Agustus-22 September)

Buatlah hari-hari Anda lebih ceria. Jangan menuruti emosi saja. Usaha lancar dan bakal ada peluang bagus. Manfaatkan untuk menambah penghasilan tambahan. Keuangan dan rejeki minggu ini bagus. Kesehatan masih karena biang keringat. Asmara bukan dia tak mau, melainkan Anda yang emoh. Hari baik Senin. Angka bahagia 8-3.

LIBRA (23 September-23 Oktober)

Jangan ragu untuk melakukan inisiatif demi kemajuan karier anda. Meski belum mendapat hasil, lakukan dengan sebaik-baiknya. Namun jangan berharap untung banyak dulu saat ini. Keuangan peningkatan pesat. Kesehatan kalau lagi tak berniat, jangan dipaksa. Asmara masih bisa diperbaiki. Hari baik Jumat. Angka bahagia 7-3.

SCORPIO (24 Oktober-21November)

Kalau ada persoalan di tempat kerja Anda, ada baiknya tidak ikut campur. Banyak hal lain yang harus Anda kerjakan. Jangan buat kesalahan yang tidak perlu. Keuangan lumayan longgar, tapi tetap harus berhemat. Kesehatan jangan sering keluar malam. Asmara perbanyak waktu bersamanya. Hari baik Kamis. Angka bahagia 9-2.

SAGITARIUS (22 November- 21 Desember)

Anda harus tahu saatnya untuk berhenti. Jangan sampai salah membuat keputusan atau Anda akan mengalami kerugian besar. Usaha jangan dibuat main-main. Minggu ini jangan banyak perubahan. Keuangan masih longgar. Kesehatan cukup prima. Asmara jangan terbayang-bayang dengan masa lalu. Hari baik Minggu. Angka bahagia 6-2.

Selasa, 29 Juni 2010

Mementaskan Kemuraman Maeterlink

[ Minggu, 06 Juni 2010 ]
Mementaskan Kemuraman Maeterlink
PEMENTASAN naskah drama liris-simbolis The Intruder karya Maurice Maeterlink, peraih Hadiah Nobel Sastra 1911, sungguh hening. Gelap, sunyi, dan muram disuguhkan silih berganti. Dari awal sampai akhir pementasan di ruang pertunjukan Bentara Budaya Jakarta, 2-3 Juni lalu, itu tidak terdengar tawa seorang penonton pun. Seolah penonton ikut masuk menjadi bagian dari ''pemain'' yang mementaskan karya yang terkenal berat tersebut.

Kelompok Teater Actors Unlimited dari Bandung mementaskan naskah yang ditulis pada 1890 itu, yang telah disadur menjadi Yang Berdiam dalam Marahnya Sunyi. Menurut sutradara pertunjukan, Fathul A. Husein, judul lakon itu lebih puitis daripada aslinya. Sebab, teks-teks dan gambaran yang dipertunjukkan memang puitis-magis. Teks-teks drama tidak sekadar petikan dialog atau monolog para tokohnya, tapi menghasilkan produksi tafsir lebih dalam. Setiap kalimat mengarahkan tafsir terhadap referensial yang berbau filosofis dan teologis. Pertunjukan tersebut berhasil membawa penonton merenung sejenak tentang maut dan kebutaan.

Drama Yang Terdiam dalam Marahnya Sunyi berkisah tentang maut dalam keluarga dengan orang-orang yang berelasi secara tidak umum dan rumit. Mereka cenderung menjalani hidup untuk dirinya sendiri dengan moralitas yang sama tanpa impresi. Tapi, di balik setiap peristiwa, bahkan nyaris setiap frase, seseorang sadar tentang bersembunyinya sebuah kesemestaan, bayang-bayang dari segala sesuatu yang jauh lebih besar. Sebuah impresi yang tampak lebih berwujud lambang ketimbang sesuatu yang terumuskan.

Pementasan itu bukan hanya unggul dari segi naskah. Para pemain juga menunjukkan kelasnya. Tokoh utama, Kakek (diperankan Mohammad Sunjaya, 72, aktor teater senior), membuat pementasan tersebut benar-benar hidup. Dia berhasil memainkan emosi naik-turun penonton dengan suaranya yang terkadang keras dan menusuk.

Tokoh lainnya, Yosep (aslinya tokoh Ayah, diperankan Harya Prabu), Maria (aslinya Adik Perempuan, diperankan Yuni Mae), Ursula (aslinya Anak Perempuan, diperankan Zulfa Laila), Pelayan (diperankan Retno Dwiamartawati), dan Biarawati (diperankan Vienesia Jonathan dan Petrisia Sabattani). Mereka adalah para pemain yang sudah makan asam garam dunia teater.

Kakek adalah tokoh tua renta yang hanya duduk di atas kursi roda dan selang infus menancap di tubuhnya. Dia tokoh yang melihat hidup dengan hati. Mata boleh buta, tapi hati tetap terang menerawang. Tokoh lainnya adalah orang-orang muda dan remaja yang sehat dan kukuh tubuhnya. Yosep dan Maria, dua anak Kakek, terlibat pembicaraan yang serius soal ada dan tiada, tentang kebenaran dan kebodohan, tentang gelap dan terang, tentang suara dan kesunyian. Keduanya menuduh Kakek buta, dungu, dan tidak tahu apa-apa. Tapi, Kakek ngotot mengetahui setiap hal yang berkelebat di sekitarnya. Indera pendegarannya jauh lebih tajam daripada mereka yang sehat secara fisik. Tokoh protagonis-antagonis saling memperebutkan dan mengklaim kebenaran yang dimiliki.

Pementasan The Intruder nyaris merepresentasikan semua ciri karakteristik karya-karya Maeterlink. Karya-karya penulis drama liris kelahiran Belgia itu dikenal minim laku dramatik, fatalisme, mistisisme, dan kehadiran yang konstan dari sang maut. Bukan maut yang biasa dan mudah. Maut yang menyusup ke dalam sebuah rumah, seutas jiwa, dalam lapis-lapis simbolisme sunyi, kosong, kelam, penuh bisikan dan rintihan, tapi marah mematikan.

Selain dilengkapi pencahayaan yang kuat, audio pertunjukan juga mampu memperdengarkan suara mendekati kenyataan. Maut digambarkan sebagai bayang-bayang hitam dari sosok misterius, hujan rintik-rintik, hembusan angin kecil, pohon-pohon yang bergetar, angsa-angsa yang blingsatan, ikan-ikan dan kolam yang tenggelam di sinar bulan. Selain itu, burung-burung malam yang tiba-tiba senyap, cahaya yang memudar dan gelap, suara mengerikan dari sabit besar yang diasah dan rumput-rumput musnah oleh tebasannya. Langkah-langkah ganjil, ketukan di pintu yang hampa terbuka, detak jam, lonceng, cahaya aneh, dan jeritan bayi adalah penggambaran menjelang datangnya sang maut.

Dalam dunia teater, pertunjukan itu dikenal sebagi teater postdramatik. Pertunjukannya lebih merupakan upaya gigih untuk menciptakan efek-efek yang tak lazim bagi penonton daripada setia kepada teks. Konsentrasi penuh kepada interaksi dan relasi intuitif antara pemain dan penonton. Pementasan tidak lagi mementingkan rangkai peristiwa dalam kesatuan ruang dan waktu linier.

Menurut Fathul A. Husein, teater prostdramatik berupaya keras menawarkan sebuah pemahaman tentang teks-teks yang bisa menjadi frustrasi dan sanggup menggagalkan representasi dan strukturisasi waktu.

Desain panggung dan artistik yang dipimpin perupa Diyanto mencoba memvisualisasikan narasi maut yang mencekam itu. Ruang tengah adalah pusat pembicaraan. Tapi, ruang tengah tersebut bisa diubah menjadi tempat imajiner berupa ruang bawah tanah, rumah sakit, ruang ibadah, dan pinggir kolam. Perubahan itu hanya dengan perubahan tata cahaya dan ucapan. Ruang ditata dengan meja berantena di tengahnya. Antena juga tertancap sekitar lantai. Antena ini adalah alat menangkap sinyal pesan-pesan kematian. Bak mandi berukuran besar dan botol infus tergantung di atasnya.

Di bagian belakang digambarkan aliran arus listrik yang menjadi simbol mengalirnya energi kehidupan. Lagu Lachrymosa (Heidi Fielding), My Reason (Guy Farley/Keedie), dan Nostalgie (Cirque du Soleil) ditampilkan pada pertunjukan berdurasi satu jam itu.

Pendeknya, pertunjukan tersebut adalah sebuah potret kehidupan lengkap dengan aktualitas dan motif yang memadai untuk dirinya sendiri, tapi tidak berdaya dalam cengkeraman bayang-bayang gaib yang menguasai dan merenggutnya. Penyusup sejati adalah maut. Kebutaan seorang tokoh yang sadar adalah perlambang sebuah dunia yang lenyap tertelan belantara gelap ketidaktahuan dan pupusnya keyakinan.

Maut itu memang datang menyusup. Ia perlahan mencuri hal yang paling berharga dalam hidup: nyawa. Frase dalam drama, ''Mengapa kau tinggalkan aku, anak-anakku?'' justru menemukan tegangan mistiknya dalam seruan, ''Bapa, Bapa, mengapa kau tinggalkan aku?''

Pementasan ditutup kesedihan yang diperdengarkan lewat Sajak Kematian karya penyair-rocker Amerika Jim Marrison dan menampilkan lukisan terkenal Michelangelo La Pieta versi perupa Diyanto. Lukisan yang menyayat hati. (*)

Kustiah Tanjung, pengamat teater dan pekerja media, tinggal di Jakarta

 

Senin, 28 Juni 2010

Jejak Ditam

[ Minggu, 06 Juni 2010 ]
Jejak Ditam
INILAH malam yang sangat runcing bagi Ditam. Menusuk hulu jantung menembus sukma. Mengalirkan darah dan resah. Malam juga mendenging bersama suara jangkrik. Ditingkahi dengkur suaminya yang sedang lelap tanpa mimpi. Dalam remang kamar, ia melihat wajah laki-laki itu sangatlah lelah. Maklum setelah seharian tadi bekerja sebagai kuli bangunan.

Bulan disimpan awan. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Ditam berusaha berdiri di keremangan kamar. Betapa yakin hatinya, laki-laki itu takkan terjaga.

''Kini saatnya.'' Tak ada sedikit pun suara yang keluar dari mulutnya.

Perempuan itu bangkit dan melangkah pelan. Hatinya menahan tubuh yang sedikit gemetaran. Tapi niatnya sudah begitu runcing.

***

Badul heran. Ia bangun dengan peluh bercucuran. Begitu lelap ia tertidur hingga tak ada mimpi menghiasi tidurnya. Matahari telah meninggi. Cahayanya mengintip lewat ventilasi, memanaskan kamar tempat ia menganyam malam. Pintu jendela masih tertutup rapat. Ini tak biasa.

Kenapa Ditam tak membangunkannya? Ditam selalu membuka jendela saat subuh tiba. Ini salah satu kebiasaan yang sangat hapal bagi Badul. Sebab, ia akan merasakan udara subuh menyapa tubuh. Dingin. Biasanya, Badul segera bangun dan memeluk Ditam dari belakang. Tapi hari ini tidak. Ke mana perempuan itu? Hatinya bertanya-tanya.

***

Ditam terlihat kusut setelah puluhan jam dalam bus kelas ekonomi. Bus telah tiba di terminal sebuah kota. Hiruk pikuk kondektur terdengar mengatur penumpang yang turun dan mengambil barang. Penjaja makanan membangunkan tidurnya, menawarkan beragam barang. Sungguh, ia tak begitu lelap tidur. Sebab, setiap jalan yang berkelok, tubuhnya akan dibawa miring. Ia tak terjaga bila begitu.

Orang-orang turun dari bus. Sambil menjinjing tas satu-satunya yang ia bawa dari dusun malam itu, Ditam juga beranjak dari tempat duduknya menuju pintu.

''Sabar sayang. Aku akan datang.'' Seutas senyum dari bibirnya melayang.

Ia berjalan keluar terminal. Mencari angkot menuju sebuah rumah yang ia sangat mengerti di mana tempatnya. Di situ, seseorang telah menunggu.

***

Seisi dusun buncah. Ditam pergi malam meninggalkan Badul. Seribu tanya dari orang kampung membuat malu hatinya. Jangankan dapat menjawab pertanyaan orang-orang kampung, pertanyaan sendiri saja tak dapat ia jawab. Apa yang telah terjadi atas rumah tangganya? Badul sedikit bingung untuk menjawab. Sebab, tak ada masalah sama sekali antara dirinya dengan Ditam.

''Pergilah jemput dia, pasti dia pergi ke kota tempat ia bekerja dulu.'' Mertua perempuan turun tangan. Rasa iba emak merayap di tubuh Badul. Emak, demikian Badul dan Ditam biasa memanggil perempuan dengan rambut yang telah memutih itu.

Maka, berangkatlah Badul ke kota yang belum pernah ia datangi. Berbekal beberapa nomor kontak telepon, handphone, dan alamat di secarik kertas. Sembari berharap, semoga benar, ke sanalah Ditam pergi.

Di perjalanan, ia mabuk darat. Bukan main ia malu dengan penumpang lain. Sembari mohon maaf, ia muntah sejadi-jadinya. Ini perjalanan jauh yang baru pertama kali dilakukannya.

Ditam teman kecil Badul. Mereka sekelas waktu sekolah dasar. Setelah tamat, mereka tidak pernah bertemu lagi. Dusun Ditam agak jauh dari dusun Badul. Mereka berbeda sekolah lanjutan pertama dan atas. Tak banyak waktu bertemu dan belum ada rasa sayang lahir di antara mereka berdua.

Setamat sekolah lanjutan tingkat atas, Ditam pergi merantau. Menjadi tenaga kerja di berbagai kota. Ia memang terampil dan pekerja keras. Beberapa kota pernah disinggahinya. Mulai Jambi, Pekanbaru, Batam, bahkan pernah menyeberang ke Malaysia. Terakhir, sebelum jatuh sakit, Ditam bekerja di Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Bekerja di sebuah pabrik rokok terkenal di bagian marketing. Pengalaman itu membuatnya berbeda di dusun. Punya perhiasan emas di jari, lengan, leher, dan betis. Menjadi kebanggaan keluarga, walau terlambat menikah. Penampilannya berbeda dari umumnya gadis dusun yang sebaya. Perempuan sebayanya telah punya anak. Ia menjadi tertua di antara perempuan-perempuan yang belum bersuami.

Sampai suatu hari, Ditam bertemu Badul dalam sebuah perjamuan pesta pernikahan. Keduanya dijodoh-jodohkan para gadis remaja. Demikianlah akhirnya Badul berani bertandang ke rumah Ditam. Dan merasakan getar-getar yang telah mengganggu tidurnya. Semula agak canggung bagi Badul, tapi seterusnya ia berani menyatakan untuk hidup semati dengan Ditam.

Ditam perempuan berumur di atas dua puluh lima tahun. Sudah dianggap tua di dusun itu. Pun begitu dengan Badul. Perjaka yang dikenal alim dan pekerja keras. Keduanya beda pengalaman. Badul tak menamatkan sekolah tingkat atas, tak ada biaya. Biasanya, laki-laki di kampungnya menamatkan sekolah hingga tingkat menengah. Itu pun tak banyak. Selebihnya tamat sekolah dasar, langsung mencari pekerjaan. Apa saja, yang penting bisa mendapatkan uang. Begitulah Badul, akhirnya menjadi pekerja kuli bangunan. Ia paham sekali bagaimana membangun rumah. Pengalaman telah mengajarkannya.

Bus telah sampai ke tujuan. Badul turun bersama penumpang lain. Ia mulai bertanya, ke mana alamat yang hendak dicari?

''Naik angkot putih. Turun di pasar, setelah itu naik angkot merah, turun di penghabisan tujuan. Naik ojek, sebutkan alamat. Semoga sampai,'' kata laki-laki itu entah siapa. Bagi Badul, ini sebuah pertolongan yang berarti.

Setelah membayar lontong yang ia makan di sebuah kedai kecil sudut terminal, mulailah ia mengembara di sebuah kota yang belum ia kenal. Mencari Ditam, membawanya pulang.

***

Mereka berpelukan. Melepas kerinduan. Pelukan mereka sangat mesra. Tiga tahun lebih tak bertemu, segenap rasa itu seperti ingin dituntaskan saja. Tapi dering handphone membuka pelukan itu.

''Hei. Hari ini kita libur kerja. Kerusuhan di Batam membuat kantor cabang kita tutup. Para bos kita telah menyeberang ke Singapura, sore kemarin,'' suara telepon tak terdengar oleh Ditam.

''Mantaplah itu. Bisa kita libur hari ini. Terima kasih infonya. Aku di rumah saja, ada tamu dari kampung.'' Saluran handphone terhenti. Wajah penerima telepon itu sangat semringah. Percakapan tadi memastikan ia bisa melepas segenap rindu yang telah lama beku hari ini. Hingga tanpa batas waktu yang belum ditentukan.

Mereka masih di ruang tamu. Kembali berpelukan hangat. Angin sepoi-sepoi menghantar siang yang ranum lewat jendela. Sebuah rumah masih baru ditempati sangat asri. Lengang. Mereka masuk ke kamar dan menutup pintu. Angin masih menerpa bunga-bunga di halaman.

***

Lima hari berlalu di kota yang baru dikenalnya, Badul merogoh kantong celana panjangnya yang telah lusuh. Hanya tersisa beberapa ratus ribu saja dari satu juta yang dibawanya dari dusun. Telah habis. Untuk ongkos bus, angkot, makan, telepon umum, sewa kamar hotel kelas melati. Tapi perjalanannya belum memperlihatkan hasil. Uang yang susah payah dikumpulkan selama ini, bisa habis dalam beberapa hari saja. Badul tak habis pikir.

Kini tujuannya makin tak pasti. Ia berjalan menelusuri lorong-lorong sebuah kompleks. Melihat seluruh perempuan yang ada di hadapannya. Telah ia tanamkan ke dalam benaknya, ciri-ciri tubuh perempuan yang pernah ia peluk dengan utuh itu. Sesekali ia memandang foto yang ia bawa. Belum putus asa, tapi ia sudah terlihat kumal.

Kepada siapa pun ia bercerita tentang Ditam. Di tempat membeli lontong ketika pagi hari, kedai makan ketika makan siang, di terminal, membeli rokok, ia beberkan seluruh cerita tentang Ditam. Ia perlihatkan foto kepada orang-orang yang memiliki wajah ikhlas mau menolong. Tapi semua nihil.

''Tidak kenal saya. Saya pernah kerja di situ, tapi sebentar. Itu pun sebagai satpam pada malam hari. Ada ribuan karyawan di perusahaan elektronik bagian packing. Tak bisa kenal satu per satu, Pak,'' kata lelaki yang baru dikenal Ditam itu seperti ingin sekali menolong, tapi ia tak tahu caranya.

''Memang baju perusahaan itu yang ia pakai dalam foto. Tapi kalau sudah keluar, ya tak mungkin masuk lagi. Apa pernah tanya ke perusahaan, kalau-kalau ia datang lagi?'' Seorang perempuan di sebuah kedai berkomentar tanpa banyak membantu.

Badul tampak kuyu. Berlalu sambil mengucapkan terima kasih. Logat kampung halaman masih terdengar kental. Kini ia berjalan di pinggir pagar kawat tinggi sebuah pelabuhan. Ia memasuki lorong tanpa ada nama tertera. Lelah dan haus seperti ingin ia dustai. Rasa cintanya telah melumat hal-hal demikian. Ia tak mau pulang membawa hampa.

Terbesit dalam benaknya, apa benar Ditam di kota ini? Bukankah banyak kota telah disinggahi Ditam?

***

''Ya. Masih di Pekanbaru. Ada apa?''

''Apakah Ditam ke tempatmu? Ada yang mencari dari kampungnya.''

''Kami sudah putus. Sejak Ditam menikah, sekitar tiga tahun lalu.''

''Dari siapa?'' Ditam bertanya. Wajahnya mengernyit ingin tahu.

''Tenang Sayang. Dari teman tempat kita bekerja dulu.''

''Tahu siapa yang mencariku?''

''Tak perlu ditanya. Bukankah kita tak perlu tahu?''

Keduanya berpagut lagi. Belum tuntas juga mereka melepas seluruh kerinduan. Apakah memang begitu rindu yang membeku? Ditam sangat menikmatinya. Di mana lagu sendu meningkahi lenguh kehidupan yang kini direguk tak habis-habisnya.

***

Senja meramu jingga. Badul masih berjalan tak tentu arah. Hari ini masih nihil. Tak ada sedikit pun jejak perjalanan Ditam ditemui. Kalaupun bertemu, hanya sebatas nomor telepon yang tak lagi aktif didapat.

Sementara itu, uang di kantong kian menipis. Ia berjalan di pusat keramaian. Masih ia harapkan bertemu dengan wajah yang dicari. Walau hatinya sendiri tak begitu yakin dapat mencari seseorang di tengah kota seramai ini.

Senja merangkak malam. Lampu jalanan mulai menyala. Badul masih terus berjalan. Entah ke mana badan hendak dibawa, ia juga tak tahu. Malam baru dimulai.

***

Mereka baru pulang dari tempat hiburan malam. Ada aroma peluh bercampur parfum yang mereka pakai. Tampak lelah dan mengantuk. Mereka seperti mabuk. Malam sangat gemerlap. Lampu jalanan, gedung-gedung seperi hidup, langit cerah berbintang. Di antara mereka, seseorang melihat jalanan dari taksi yang ditumpanginya. Ia melihat seorang laki-laki tertidur di halte. Sepertinya ia kenal, tapi cepat-cepat ia memeluk erat teman di sebelahnya. Taksi melaju dan berkelok ke jalan kecil. Di depan sebuah rumah, dua orang perempuan keluar dari pintu taksi itu. Pakaian mereka seksi sekali.

''Ini malam ulang tahunmu. Aku punya hadiah.''

''Kau selalu membuat kejutan.''

''Ya. Kita harus merayakannya. Belum puas bergoyang di pub tadi.''

Lagu sendu mengalun. Minuman dari kulkas dihidangkan. Mereka berdansa. Menyatukan badan. Satu sebagai suami, satu lagi sebagai istri. Sepasang kekasih.

***

''Emak telah curiga dari awal. Ketika mereka pulang bersama, Emak heran. Mereka seharian di kamar. Seperti pengantin baru, jarang keluar kamar. Pernah Emak menegur mereka, tapi Ditam dan Caca tertawa. Teguran Emak mereka jawab dengan memeluk Emak erat-erat seperti anak kecil. Heran.''

Cerita emak saat melepas keberangkatan menjawab curiga Badul selama ini. Sebuah foto dalam dompet Ditam tak pernah dibuang sejak pernikahan dengannya. Foto Ditam dan seorang perempuan.

''Ini Caca. Sahabat waktu kerja. Kami punya kenangan indah di tempat kerja dan tempat kost.''

Ini pengakuan Ditam yang tak membuat Badul curiga dan perlu bertanya berkali-kali lagi. Dia pun tahu sedikit tentang Caca lewat cerita Ditam. Badul tak tertarik untuk tahu.

Kini, ia menyesal. Kenapa tak bertanya tentang Caca lebih jauh waktu itu. Kenapa membiarkan seluruh kehidupan masa lalu Ditam dibawa pergi. Kenapa waktu tiga tahun pernikahan tak pernah terbesit masalah ini? Sesal itu tak pernah berguna. Kini kenyataanlah yang harus ditempuh.

Ingatan tentang malam pertama, kedua, dan seterusnya, bagi Badul adalah hiburan sepanjang perjalanan. Indah dan hanya satu kecurigaan itulah yang muncul, soal foto dalam dompet. Selebihnya tidak. Badul merasakan mendapat istri yang setia, cerdas, dan hitam manis. Patut dibanggakan, walau belum dikarunia anak.

Dua kali Ditam keguguran dan pembuahan itu belum terjadi lagi. Badul menganggap itu bukan masalah besar. Baginya, ini persoalan rezeki dan keikhlasan dari yang di Atas sana. Ada tidaknya keturunan cintanya tetap besar kepada Ditam.

''Ada nomor telepon yang bisa dihubungi? Mungkin teman Ditam yang lain? Yang pernah tinggal bersamanya di sini?''

Perempuan itu mencatat beberapa digit angka. ''Semoga masih aktif. Ini nomor yang pernah menghubungi. Waktu itu ia masih kerja di sini. Tak tahu, sejak Ditam keluar, dia juga keluar. Mereka memang teman akrab.''

Badul telah beberapa kali mencoba menghubungi nomor telepon itu. Tapi tak pernah aktif. Kini ia berpikir tentang pulang. Tentang rasa lapar, ongkos naik bus, dan seterusnya. Ia tersandar di sebuah halte. Tapi, matanya masih nyalang, melihat orang-orang yang lewat. Ia melihat setiap wajah perempuan. Tapi belum juga ia temukan wajah Ditam. Juga wajah Caca. Wajah yang kedua ini, samar-samar mulai ia ingat.

***

Caca pergi kerja. Ditam sendirian di rumah. Ini membuat ia teringat kampung halaman yang dua minggu lalu ditinggalkannya. Ditam ingat suaminya, Badul. Laki-laki yang terlalu alim dan tak punya daya untuk mengekplorasi seluruh potensi tubuhnya. Iba juga hati Ditam, tapi panggilan menemui Caca memang telah mengubah segalanya. Semua berawal dari pesan pendek Caca: ''Segelas madu yang setia menunggu, mari bertemu mereguk setiap waktu.''

Pesan pendek itu masuk sehari menjelang keberangkatan. Pesan yang menggerakkan Ditam untuk meninggalkan seluruh kehidupan dusun yang pernah ia rindukan. Dusun yang pernah memanggilnya pulang. Tapi kini ia tinggalkan lagi. Sebuah alamat mengiringi pesan pendek itu.

Ada tetes di pipi Ditam. Cepat-cepat ia hapus. Takut kalau Caca tahu tentang air mata yang menetes. Sebab, itu tak boleh terjadi.

''Bukankah kita harus menikmati kehidupan ini?'' Begitu Caca menyatakan pandangan hidupnya. Caca perempuan lincah yang memiliki kecantikan di atas rata-rata. Ia punya masa lalu kelam. Terlibat narkoba dan diperkosa kekasih. Sejak itu ia membenci laki-laki. Mereka berdua bertemu di pabrik kayu sebagai sesama buruh perempuan. Beberapa tahun hidup bersama di satu kost. Di sinilah, rasa cinta tumbuh di antara mereka. Cinta yang ganjil, tak banyak yang tahu.

Ditam menghidupkan handphone yang telah lama dimatikan. Ada belasan pesan pendek yang masuk. Ia membacanya satu-satu. Umumnya dari kampung halaman. Yang paling banyak dari Badul. Tak lama setelah itu, handphone berdering. Ditam membiarkan dering itu. Nomor telepon yang tertera kode lokal kota ini. Angin menerpa wajahnya dari jendela kamar. Ragu dan malu ia untuk menekan tombol penerima sambungan. Apa mungkin itu dari Bang Badul? Tanya itu hanya sekelibat saja. Ia akhirnya membiarkan hingga tertera tulisan di layar handphone: panggilan tak terjawab.

***

Badul benar-benar kehabisan uang. Sebentar lagi ia akan menjual handphone yang kini dalam genggaman. Cuma itu jalan satu-satunya untuk ongkos pulang. Selebihnya, ia hanya ingin membuang resah. Resah di hatinya kini bersarang dendam.

Kini, ia tak berani lagi menekan tuts telepon wartel di sebuah gang. Sebab, nada sambung saja, juga menelan uangnya. Dan itu uang recehan penghabisan. Terakhir tadi, ia menekan nomor handphone Ditam. Aktif dan berdering, tapi tak diangkat. Degup jantung Badul berpacu menunggu saluran diterima di seberang sana. Tapi itu tak terjadi. Badul mengigil. Lalu meletakkan gagang telepon. Di dadanya, ada rasa sakit yang tak terperi. Nyeri. (*)

Balaibaru Padang 2010

*) Abdullah Khusairi , lahir di Sarolangun, Jambi, 16 April 1977. Cerpen dan esainya tercecer di Opera Zaman (Grafindo; Jogja 2006), Kumpulan Cerpen Khas Ranesi (Grasindo, 2007), Taufik Ismail di Mata Mahasiswa (Horison, 2008), Sebilah Sayap Bidadari Kumpulan Puisi Mengenang Gempa 7,9 SR Sumbar (Pustaka Fahima, 2010)

Minggu, 27 Juni 2010

Menikmati Eksotisme Rusia

[ Minggu, 13 Juni 2010 ]
Menikmati Eksotisme Rusia
''DI perberhentian stansia Teatral'naya, lelaki muda itu turun. Di tempat penungguan penumpang, perempuan cantik semampai telah menantinya. Mawar merah pun dihadiahkan sang lelaki kepada sang perempuan. Selanjutnya mereka pun berpelukan dan berciuman; romantis dan seksi.'' Begitu, antara lain, ungkap penulis buku ini dalam bab Romantisme Pergaulan.

Bagi warga Rusia, begitu ungkapan berikutnya, bunga adalah gambaran hati. Bunga adalah simbol cinta, kasih, dan sayang. Tidak ada yang lebih agung daripada sebuah bunga yang menyuarakan hati terdalam dari seseorang untuk sang pujaan. ''Adalah hal yang lebih indah dari sebuah bunga?'' tanya Natalia, gadis Rusia.

Di halaman lain, penulis menggambarkan pengalaman pertamanya masuk metro (kereta api bawah tanah) di Moskow, tempat 7 juta warga memanfaatkannya setiap hari. Setiap penumpang harus menuruni eskalator pada kisaran 30-40 meter. ''Curamnya minta ampun. Ada dua eskalator menuju bawah dan dua lainnya ke atas. Saat mau turun, waow... para penumpang yang ada di bawah kelihatan cebol-cebol. Goyangan tangga berjalan ini membuat setiap orang harus berpegangan,'' tulisnya.

Nasionalisme dan kepercayaan diri warga Rusia? Jangan tanya soal itu. Dalam soal bahasa, misalnya, orang Rusia sangat bangga. Mayoritas mereka bangga jika bahasanya digunakan orang asing, apalagi yang tinggal di negerinya. Hampir semua orang Rusia, lebih-lebih generasi tuanya, enggan bicara dengan bahasa asing. Meski mereka bisa berbahasa Inggris, Spanyol, atau Prancis, tapi ketika bertemu dengan orang asing mereka selalu bicara dengan bahasa Rusia. Mereka tidak mau tahu orang asing itu mengerti bahasa Rusia atau tidak. ''Ini Rusia,'' kata Natalia, guru bahasa Rusia.

Citra tentang Rusia bagi orang Indonesia mungkin cenderung negatif. Maklum, selama puluhan tahun Rusia dipersepsikan sebagai ''negara komunis'', musuh besar Indonesia. Bahkan, setelah lama komunisme ambruk. Tapi, buku ini bisa menghilangkan citra itu.

Boleh jadi, ada yang berpikir, Rusia adalah negeri yang bangkrut dan memiliki masa depan suram. Pandangan itu jelas keliru. Sebagai gambaran, pada 2008 GDP Rusia mencapai USD 2.225 triliun dengan pertumbuhan ekonomi 6 persen dan surplus perdagangan USD 97,6 miliar. Selain itu, negara yang tidak punya utang tersebut memiliki cadangan devisa sebesar USD 386,6 miliar dan dana stabilisasi USD 221 miliar. Penghasilan per kapita penduduknya sekitar USD 11.000!

Dua penulis buku ini, M. Aji Surya (seorang diplomat) dan Khoirul Rosyadi (mahasiswa program doktor di Moskow), menyuguhkan kisah-kisahnya dengan kaya warna. Termasuk kisah tentang hubungan muda-mudi di Rusia dan makna minuman vodka bagi masyarakatnya. Pembaca pasti akan senyum-senyum sendiri saat membaca buku ini.

Memang, Rusia bukan negeri tanpa cacat. Di tengah merasuknya sistem dan gaya hidup kapitalis di negeri itu, jutaan rakyat Rusia masih tersaruk-saruk. Sebagian mereka pun memimpikan kembalinya sistem ekonomi komunis, saat mereka menikmati berbagai subsidi. Sekolah gratis, rekreasi setiap tahun dibayari, dan tidak ada masalah kesehatan.

Namun, Rusia tetaplah negeri yang sangat menarik. Termasuk sebagai alternatif tujuan untuk menuntut ilmu bagi para calon mahasiswa. Menurut penulis buku ini, pilihan pada Rusia bisa menjadi alternatif jawaban bagi peta pembangunan Indonesia sekarang yang timpang; positivistik, kapitalistik, dan dehumanistik.

Digambarkan pula sisi-sisi unik pendidikan Rusia, seperti patriotisme. Bagi Rusia, patriotisme adalah sisi penting untuk membangun kekuatan jati diri sebuah negeri. Semua mahasiswa asing maupun dalam negeri wajib mengambil mata kuliah sejarah Rusia, belajar bagaimana Rusia menang melawan Hitler, menekuk ekspansi Mongol, dan sebagainya. Para mahasiswa juga wajib mengunjungi museum-museum. Dengan demikian, mereka belajar mencintai dan merasa bangga atas ke-Rusia-an. Indonesia bisa belajar dari Rusia, kata penulis buku ini.

Dalam mengungkapkan kisah-kisahnya yang terangkai dalam 28 bab, kedua penulis tidak sekadar menjadi pelukis. Mereka menyisipkan pandangan dan pikiran mereka. Saat berkunjung ke rumah tua peninggalan pengarang terkemuka Leo Tolstoy, misalnya, penulis sangat terkesan. Di depan pintu rumah, terdapat kutipan kata-kata Tolstoy: ''Selamat datang kawan, selamat datang di rumah kami, nikmati apa yang ada. Perkenalkan kami.''

Kisah Tolstoy memang menarik. Lahir dari keluarga ningrat kaya raya yang memiliki ribuan hektare tanah, Tolstoy akhirnya meninggalkan dunia tuan tanah dan melepaskan ratusan petaninya. Dia memilih jalan sunyi, menjadi pengarang, jalan yang jauh dari tepuk tangan dan sanjungan duniawi.

Di rumah warisan yang jadi tujuan banyak wisatawan itu, Tolstoy tampak amat memperhatikan pendidikan 13 anaknya. ''Aku akan bahagia jika engkau bagus dalam pendidikanmu,'' seru Tolstoy yang terdengar samar dalam rekaman yang selalu diputar setiap ada tamu yang berkunjung ke rumah tuanya. Suara itu merupakan petuah sekaligus harapan Tolstoy terhadap anak-anaknya. Harapan tentang peradaban yang dibangun di atas dunia pendidikan.

Sebuah buku yang sangat menarik dan enak diikuti. Buku yang akan lebih menyadarkan bahwa Rusia adalah negara terbesar di dunia. Bisa dibayangkan bila Indonesia, negara paling besar di belahan bumi selatan, bisa lebih bersahabat dengan Rusia. (*)

Judul Buku: Vodka, Cinta, dan Bunga

Penulis: M. Aji Surya dan Khoirul Rosyadi

Penerbit: Jaringpena, Surabaya

Cetakan: Pertama, 2010

Tebal: xviii + 253 halaman

Sabtu, 26 Juni 2010

Aman Aja Nggak Cukup

Aman Aja Nggak Cukup
KEAMANAN adalah segala-galanya. Lebay? Nggak juga. Percuma aja kalau keren, tapi mengancam jiwa. Ya, prinsip ini bisa diterapkan ke helm. Benda yang selalu menempel di kepala saat kita pergi ke sekolah ini memang harus standar. Di Indonesia namanya SNI (Standar Nasional Indonesia). Coba cek, ada nggak logo ini di helmmu? Hayo, belum standar ya?

Helm tuh penting banget buat kita, para pengendara motor. Apalagi setelah diberlakukan helm ber-Standar Nasional Indonesia alias helm SNI. Memakai helm dengan standar bahan kuat, bukan logam, tidak mudah lapuk, berkaca, dan memiliki tali yang bisa diseratkan udah harus ditaatin setiap pengendara motor. Wajib!

Ternyata, sebagian besar responDet adalah pengendara motor yang taat. Buktinya, 78,1 persen responDet ngerti apa itu helm SNI. Dari presentasi itu, 66,7 persen udah menggunakan helm SNI.

Masih nggak percaya responDet adalah pengendara yang taat? Coba kita simak pengakuan beberapa responDet berikut. Bakti Putra dari SMA Al-Falah Ketintang adalah yang pertama angkat bicara. Putra, begitu cowok ini disapa, bilang kalo dirinya sudah memakai helm SNI tersebut.

"Aku malah udah pakai helm SNI satu bulan sebelum ada peraturan memakai helm berstandar itu disahkan. Sekitar awal tahun ini lah aku pakainya. Kalo sebelumnya sih, aku cuma pakai helm dari hadiah beli motor. Helm itu kebetulan belum berlisensi SNI. Soalnya, nggak ada kacanya waktu itu," terang Putra.

Menurut dia, pakai helm SNI bikin berkendara di jalan jadi lebih nyaman. Spons yang lebih tebal, kaca jernih, serta bahan helm yang kuat menjadi alasan Putra menjagokan kenyamanan helm SNI. Dengan pakai helm SNI, Putra juga terhindar dari tilang polisi. (zaq/bs/c9/kkn) jawa pos

Jumat, 25 Juni 2010

Luna Tak Lagi Malu-malu Muncul di Hadapan Publik

[ Minggu, 13 Juni 2010 ]
Luna Tak Lagi Malu-malu Muncul di Hadapan Publik
LUNA Maya masih belum mau berkomentar terkait dengan beredarnya video porno yang pemainnya mirip dirinya dan sang kekasih, Ariel. Namun, Luna tak lagi malu-malu muncul di hadapan publik. Perempuan kelahiran Denpasar, 26 Agustus 1983, itu berada di mal Grand Indonesia kemarin (12/6).

Presenter, model, dan juga bintang film itu terlibat dalam acara Celebrity Smash Road to Indonesia Open. Di acara itu Luna didapuk untuk bermain badminton. Luna main dua set. Di set pertama dia berpasangan dengan mantan atlet bulu tangkis nasional Ricky Subagja. Keduanya berhasil melibas lawan mereka, yaitu pasangan ekspatriat dari Jepang. "Luna jago main bola atas," teriak beberapa pengunjung setelah Luna menuntaskan pertandingan pertama.

Di pertandingan kedua Luna berganti pasangan, yaitu dengan pebulu tangkis Vita Marissa. Lawannya adalah presenter Terry Putri yang berpasangan dengan pebulu tangkis Greysia Polii. Pertandingan berlangsung ketat. Permainan dikuasai para atlet. Luna dan Terry hanya sesekali mendapat giliran menepak bola. Meski begitu, Luna sudah terlihat berkeringat. Pada pertandingan kedua itu, tim Luna kembali memenangi pertandingan.

Tapi, olahraga Luna belum selesai. Ketika meninggalkan lapangan, Luna harus berlari-lari lagi untuk menghindari kejaran awak media yang menanti sejak pertandingan belum dimulai. Hingga meninggalkan arena, tak ada satu pun kata yang keluar dari Luna soal video syur itu. Dia hanya sempat menjawab satu pertanyaan dari presenter acara. "Rasanya senang banget bisa olahraga di sini. Saya biasanya main tenis," kata Luna.

Marketing Manager PT Djarum Roland Halim selaku penyelenggara menyatakan, pihaknya tetap berpikir positif terhadap Luna yang dikontraknya sebulan lalu untuk acara itu. "Belum ada keputusan hukum apa pun. Acara ini tidak ada hubungan dengan (kasus Luna dan Ariel) itu lah. Lagipula, belum ada keputusan dari kepolisian," ungkapnya.

Roland malah mengapresiasi Luna. Sebab, hingga detik terakhir jelang acara, di saat masih dipusingkan dengan kasusnya, Luna tetap menyatakan kesediaan untuk hadir dalam rangka menyemarakkan acara tersebut. "Dia sejak awal memang bilang ingin mendukung olahraga, khususnya badminton Indonesia. Kita lupakan yang itu (video porno). Bersenang-senang dulu sejenak dengan bermain badminton," tuturnya.

Menurut Roland, posisi Luna di acara itu hanya sebagai bintang tamu, bukan ikon produk. "Nggak ada yang jadi ikon di sini. Seperti Ade Rai, Luna Maya, atau Bayu Oktara hanya ingin membantu, menawarkan diri untuk memeriahkan acara ini," ungkapnya. (gen/c13/ayi)

Kamis, 24 Juni 2010

Just watched

Green Crucifixion on ITV


Just watched  - a slightly bizarre episode of Tonight with Trevor McDonald. It consisted of a number of families who are trying to make a difference in their eco-footprint being torn apart by a panel of media-friendly experts.

It was good to see eco-living on primetime telly, and I suppose it made the valid point that doing a little ain't enough on the grand scale of things, but it worried me that the entire ITV audience will say to themselves "Well, what's the point?".

The programme did fail to live up to its billing that some green efforts could cause more problems than they solve, except for a poor lass who had been on an eco-holiday every year in far flung parts. Been there, done that myself - and I couldn't help thinking the panel probably had too.

BTW: How much does our Trev get paid for his 10 seconds of intro and outro?

Rabu, 23 Juni 2010

Mengikuti Latihan Komunitas Karaoke Hai Ou

[ Minggu, 13 Juni 2010 ]
Mengikuti Latihan Komunitas Karaoke Hai Ou
MALAM itu M.F. Nancy tampak bersemangat berlatih karaoke. Suara perempuan berambut panjang itu cukup merdu menyanyikan sebuah lagu Mandarin. Rekan-rekan wanita 50 tahun itu pun melakukan hal yang sama.

Layaknya orang yang akan mengikuti perlombaan, anggota Komunitas Karaoke Hai Ou antre bernyanyi Kamis malam (10/6). Mereka rutin berlatih di kompleks Yayasan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Tjong Hok Kiong Sidoarjo. Yayasan itulah yang menaungi komunitas karaoke tersebut.

Tampak sebagian duduk rapi di kursi sambil berbincang-bincang. Sebagian lainnya berdendang lirih sambil berusaha menghafal lagu. Ada juga yang berdansa. "Kami di sini tidak hanya bisa menyanyi, tapi juga menari dan berdansa," tutur Nancy. "Lihat mereka, menari juga kan," sambungnya.

Memang, anggota Hai Ou memiliki banyak keahlian. Mereka merupakan orang-orang yang aktif berkegiatan. Meski sebagian besar bekerja, mereka berupaya hadir saat ada jadwal latihan. Bahkan, ketika tidak ada jadwal wajib latihan seperti minggu lalu, sebagian anggota tetap datang. "Sebenarnya hari ini libur latihan," kata A. Lindayani, mantan ketua Hai Ou. "Tapi, kami tetap meluangkan waktu untuk latihan," sambungnya.

Sebab, para anggota sudah menganggap karaoke sebagai rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Bahkan, banyak yang berpendapat berkaraoke membuat jiwa tenteram. "Menghilangkan kelelahan setelah bekerja," imbuh Maria Vincentia.

Awalnya, komunitas ini anggotanya sangat sedikit. Hanya 15 orang. Lama kelamaan, jumlah anggota bertambah banyak hingga 45 orang. "Yang aktif, sekitar 40 orang. Yang lainnya, karena sibuk ya jarang datang latihan," tuturnya.

Komunitas tersebut berdiri pada 6 November 2002. Saat ulang tahun pertama dan ketujuh, mereka merayakannya. Sesuai dengan bentuk komunitas, acara ulang tahun itu diisi dengan menyanyi bersama

Para anggota Hai Ou berlatih di bawah bimbingan Tan Suk Ing. Mereka memanggil guru agar vokal mereka benar-benar matang. "Kami semua di sini berangkat dari pengetahuan menyanyi yang minim," ujar Bambang Irawan, wakil ketua Komunitas Karaoke Hai Ou.

Kini para anggota komunitas bisa menyanyi lebih bagus. Apalagi, para anggota saling mengingatkan dan menilai. Jika ada suara yang fals atau nada yang salah, mereka langsung berkomentar. "Kalau diingatkan atau dinilai, ya nggak ada yang marah," ungkap Lindayani. Sebab, menurut wanita 57 tahun itu, semua anggota sudah paham bahwa tujuan penilaian tersebut bukan untuk menjatuhkan rekan. (may/c2/nda)

Tentang Komunitas Karaoke Hai Ou

Latihan dilakukan setiap Kamis mulai pukul 19.00-23.00.

Komunitas itu berdiri pada 6 November 2002.

Awalnya, anggotanya hanya 15 orang.

Kini anggotanya lebih dari 40 orang.

Anggota grup juga pandai menari. Saat latihan, ada yang berdansa di belakangnya.

Selasa, 22 Juni 2010

Silvia Kumala Sari

[ Minggu, 13 Juni 2010 ]
Cinta Golf meski Tak Bisa
DUNIA golf identik dengan kalangan kelas atas. Silvia, Fitri, Diah, dan Esra bekerja di bidang yang berkaitan langsung dengan golf. Berikut cerita mereka.

---

Tahu dari mana tentang olahraga golf?

Diah: Aku tahu golf sejak kuliah. Soalnya, temanku sering main golf. Aku juga sering nonton acara televisi golf.

Fitri: Aku dulunya SPG sebuah produk yang kebanyakan pembelinya adalah pemain golf. Dari situ, aku sering ngobrol dengan para pemain golf. Jadi, sedikit demi sedikit tahu seluk beluk golf.

Esra: Kalau aku, belajar dari pacarku. Karena dia pemain golf di Bali.

Silvia: Kebetulan aku tinggal di perumahan dengan view lapangan golf sejak kecil. Jadi, nggak sengaja lihat orang main golf. Selain itu, kakak ipar saya pelatih golf, jadi klop.

Bekerja di bidang golf, Anda bisa main golf?

Diah: Aku nggak bisa dan nggak pernah belajar. Menurutku, golf cukup rumit.

Fitri: Jujur, aku nggak bisa main golf. Tapi, aku tahu tentang istilah-istilah umum dalam golf.

Esra: Pernah sih belajar sedikit waktu tinggal di Bali. Tapi, sudah lupa. Kalau disuruh main lagi, pasti nggak bisa.

Silvia: Aku bisa.

Menjadi sales golf, pernah turun ke lapangan?

Silvia: Aku setiap hari, sepertinya, harus ke lapangan. Masalahnya, banyak klien yang bisa ditemui di lapangan.

Fitri: Aku belum. Yang langsung ke lapangan golf ya tugas caddy.

Diah: Aku belum pernah. Biasanya sampai starter (tempat awal pemain golf akan bermain). Biasanya hanya say hello kepada mereka.

Esra: Pernah sampai lapangan. Sebab, setiap ada turnamen golf internal, aku selalu menjadi juri khusus kostum. Jadi, aku mesti keliling untuk lihat baju para pemain.

Menggaet member dari mana?

Diah: Biasanya, aku lewat travel agent. Di sana kan disediakan tempat untuk berbagai promosi lewat flyer dan brosur.

Fitri: Ke sekolah-sekolah. Aku datangi mereka satu per satu, lantas presentasi tentang edutainment sport untuk anak sekolah. Terutama, memperkenalkan golf sejak dini.

Esra: Aku lewat member yang sudah kukenal.

Silvia: Aku lebih sering mendekati secara personal. Misalnya, aku menjaga hubungan baik dengan member. Dari situ, mereka memperkenalkan teman mereka kepada kami.

Golf identik dengan permainan para bos. Ada pengalaman unik bersama mereka?

Fitri: Aku paling sebal kalau obrolan bukan tentang golf. Padahal, jelas-jelas topik yang dibahas golf.

Diah: Aku sering diejek karena nggak bisa main golf. Bagaimana lagi, nggak aku anggap serius.

Esra: Biasanya, mereka mengajak main golf.

Silvia: Aku pernah dimaki-maki. Karena aku berusaha sabar, dia minta maaf. Selanjutnya, kami malah berteman baik hingga sekarang.

Pernah main golf bersama pasangan?

Diah: Belum. Sebab, aku dan pacarku nggak bisa main golf. Kalau makan malam dengan view lapangan golf, sudah pernah.

Silvia: Kami sama-sama nggak bisa golf. Kapan-kapan, pengin juga sih main golf dengan pacar.

Fitri: Aku juga belum pernah. Pacarku nggak terlalu hobi golf.

Esra: Pernah beberapa kali. Tapi, nggak main serius. Setelah pindah dari Bali ke Surabaya, belum pernah main golf lagi.

Apakah menyediakan budget khusus untuk penampilan?

Diah: Setiap bulan, aku menyisihkan uang sebanyak lima ratus ribu rupiah. Paling banyak untuk beli kosmetik.

Silvia: Aku ikut perawatan kulit wajah. Jadi, aku harus menyisihkan hingga dua juta rupiah setiap bulan. Itu sudah termasuk membeli t-shirt.

Esra: Kalau pengen beli baju ya langsung beli aja. Begitu juga peralatan kosmetik dan perawatan rambut.

Fitri: Aku lebih banyak membeli kosmetik daripada baju. (upi/c11/nda)

---

Biodata Chat

Esra Bethania Patricia

(Esra)

Surabaya, 9 November 1983

Single

Sales Golf Ciputra Golf, Club & Hotel

Alfitria Ningdiah

(Fitri)

Surabaya 25 Mei 1986

Single

Outbound & MICE Ciputra Golf, Club & Hotel

Diahningtyas P.

(Diah)

Surabaya, 30 Mei 1986

Single

Hotel-Villa & Banquet Ciputra Golf, Club & Hotel

Silvia Kumala Sari

(Silvia)

Surabaya, 25 Oktober 1977

Single

Sales & Marketing Manager Ciputra Golf, Club & Hotel

Senin, 21 Juni 2010

Tunjangan Guru yang Lolos Sertifikasi Masih Belum Jelas

Tunjangan Guru yang Lolos Sertifikasi Masih Belum Jelas
SURABAYA - Hingga saat ini pencairan tunjangan profesi pendidik (TPP) bagi 10.137 guru yang lolos sertifikasi kuota 2006 sampai 2009 di Surabaya masih belum jelas. Padahal, peraturan menteri keuangan (permenkeu) untuk mengucurkan tunjangan satu kali gaji pokok itu sudah terbit sejak minggu lalu.

Ketidakjelasan pencairan TPP tersebut membuat sejumlah guru resah. "Kami sudah menunggu-nunggu pencairan tunjangan sertifikasi. Apalagi, ini menjelang tahun ajaran baru. Banyak guru yang mengharapkan pencairan itu segera terwujud," ujar Wisnu Pradata, guru SMKN 2 Surabaya, kemarin (12/6). Dia mengatakan, tahun ini dua anaknya akan masuk SMA dan SD.

Terkait dengan hal tersebut, sebenarnya sudah ada Permenkeu Nomor S.376/MK.7/2010. Surat itu memerintahkan pencairan tunjangan untuk guru di Surabaya. Setidaknya, negara mengalokasikan Rp 182,7 miliar untuk membayar tunjangan para guru yang lolos sertifikasi pendidikan tersebut.

Belum sampai tunjangan turun, kata Wisnu, para guru sudah diterpa kebimbangan. Di antaranya, mereka mendapat informasi bahwa rencananya tunjangan itu tak lagi ditransfer melalui rekening para guru, yang selama ini terdaftar di Bank Rakyat Indonesia (BRI), namun ke rekening bank lain. "Apa benar demikian kami belum tahu. Kami meminta kepastian kepada dispendik (dinas pendidikan)," jelas pria yang juga koordinator guru yang sudah mengikuti sertifikasi tersebut.

Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Ketenagaan Dispendik Surabaya Yusuf Masruh menerangkan bahwa saat ini pihaknya tengah memproses pencairan tunjangan tersebut. Hanya, pihaknya tak berani menjanjikan waktu pencairan TPP itu.

Pihaknya juga berencana membicarakan bersama Kepala Dispendik Sahudi soal pergantian rekening para guru tersebut. "Yang pasti, hingga saat ini belum ada perintah dari kami untuk mengganti rekening. Kami akan membicarakannya dengan pimpinan," jelasnya.

Yusuf memaparkan bahwa pihaknya akan memberikan pengumuman resmi kepada para guru apabila ada kebijakan terbaru. "Para guru tak usah resah soal ini. Kami akan memberikan informasi tepat dan cepat," tuturnya.

Minggu, 20 Juni 2010

57 Perusahaan Meramaikan Surabaya Printing Expo 2010

[ Minggu, 13 Juni 2010 ]
57 Perusahaan Meramaikan Surabaya Printing Expo 2010
SURABAYA - Suasana hall lantai satu Grand City tadi malam begitu semarak. Poster-poster berukuran besar terpampang di sana-sini. Mesin-mesin cetak berukuran besar juga terlihat memenuhi setiap sudut ruangan.

Sejak Kamis (10/6) hingga tadi malam (13/6), pameran bertajuk Surabaya Printing Expo 2010 dilangsungkan di pusat perbelanjaan yang belum lama dibangun tersebut. Sebanyak 57 perusahaan percetakaan turut meramaikan acara tahunan itu. Di antaranya, PT Dell Pan Tunggal Corporation, PT Wujud Unggul, PT Eka Maju Mesinindo, PT Sansin, Blessing Printing, dan PT Speed Digital Banner.

''Kali ini kami memamerkan mesin cetak berukuran 4,2 meter. Ini belum pernah ada di pasaran,'' ungkap Mulyadi Praminta, direktur PT Speed Digital Banner.

Menurut Daud D. Salim, ketua penyelenggara pameran, acara tahunan ini merupakan wadah bagi perusahaan percetakan untuk memperkenalkan produk-produk terbarunya. Kegiatan semacam itu juga menjadi tolok ukur kemajuan industri percetakan di Surabaya dan Jawa Timur.

''Kami menilai, industri percetakan maju seiring majunya industri-industri lain,'' ungkapnya. Sebab, industri lain membutuhkan percetakan sebagai media promosi. Bisa berupa pamflet, banner, baliho, dan sebagainya.

Di samping pameran, ada talk show bertajuk Prepress and Press Talk about Printing Standard PSO/ISO 12647-2. Talk show tersebut membahas cara membuat percetakan di Indonesia bisa mendapat pengakuan internasional. Talk show diadakan pada Sabtu (12/6) dan Minggu (13/6).

Sejumlah praktisi percetakan dan media menjadi pembicara dalam talk show tersebut. Di antaranya, Herman Pratomo (Asosiasi Teknologi Grafika dan Media Indonesia), Sugeng Budi Raharjo (Gramedia/Kompas), Junaedi (Temprina/Jawa Pos), dan Kikie Nurcholik (Hostmann Steinberg).

''Saya ke sini untuk lihat-lihat saja, menambah wawasan tentang percetakan,'' ungkap Bambang Darmawan, salah seorang pengunjung. Dia mengaku takjub melihat mesin pelipat buku yang dipamerkan PT Wujud Unggul.

Daud menjelaskan, pihaknya berencana mengadakan pameran serupa tahun depan dengan konsep yang lebih baru. Yakni, mempersilakan perusahaan percetakan memamerkan hasil cetakan masing-masing. Misalnya, Temprina dipersilakan memamerkan buku-buku yang sudah dicetak.

''Tahun depan, kami buat wadah khusus untuk pameran hasil-hasil percetakan secara utuh. Kalau sekarang kan fokusnya masih ke alat cetak,'' ujar pria asal Kalimantan Barat tersebut. (rio/c5/nw)

 

Sabtu, 19 Juni 2010

Arumi Bachsin Curi Perhatian Pengunjung The Mega Wedding

Arumi Bachsin Curi Perhatian Pengunjung The Mega Wedding
SURABAYA - Arumi Bachsin mencuri perhatian pengunjung pameran The Mega Wedding di Convention Hall Tunjungan Plaza kemarin (12/6). Cewek yang beberapa waktu lalu menjadi sorotan media setelah kabur dari rumahnya itu berlenggak-lenggok di atas catwalk memeragakan busana pengantin rancangan Heru Willy Bridal Salon.

Cewek 16 tahun itu ramah melayani sapaan penggemar dan permintaan foto bersama. Bahkan, sesekali dia menimpali ketika ada yang mengajaknya berbicara dengan bahasa Jawa. "Aku bisa bahasa Jawa sedikit-sedikit," kata cewek yang memilih menjalani homeschooling tersebut. "Tapi, tadi nggak tahu apa artinya cingkrang," goda Willy Tanaka yang membuatkan busana pengantin khusus untuknya.

Menurut Willy, Arumi merupakan sosok yang menyenangkan untuk diajak bekerja sama. Karakternya yang ramah dan ceria sangat menonjol. Hal itu mengilhami Willy untuk membuat busana bergaya ball gown yang kemarin dikenakan Arumi. Busana berwarna gold tersebut menampilkan kesan ceria dan girlie dengan taburan 30 pita plus aksen kerut dari teknik smock di bagian bawah.

Pita yang dipakai penuh dengan detail. Willy menggunakan dua tumpuk pita dari bahan yang sama dengan busana. Pada lapisan pertama, kain dibiarkan polos. Untuk lapisan kedua, kain diolah dengan teknik plead hingga membentuk tekstur bergelombang. Pita lantas diberi sentuhan tebaran kristal swarovski. "Saya memang suka yang detail begitu. Rumit, tapi hasilnya bagus," katanya.

Karena banyak bermain smock, Willy tak menggunakan bahan satin duchess yang biasanya dipakai untuk busana pengantin. Dia lebih memilih tafeta sutra yang lebih lentur. Untuk mempermanis busana yang diberi nama Sparkling Ribbon tersebut, Willy tak menggunakan tile. Namun, dia memasang embroidery benang emas yang ditimpa dengan payet dan kristal swarovski berwarna senada.

Untuk tata rias wajah Arumi, Heru Tedja dari Heru Willy Bridal Salon memilih warna-warna yang soft. Menurut dia, wajah Arumi yang cantik tidak membutuhkan banyak koreksi. Itu memudahkannya untuk berkreasi. "Tata rias pengantin itu harus bisa mengoreksi kekurangan wajah agar terlihat cantik, tapi tetap mempertahankan karakter orangnya. Jadi, tidak asal menor," katanya.

Aksi panggung Arumi merupakan aksi puncak pameran yang diselenggarakan Asosiasi Pengusaha Perlengkapan Pernikahan (AP3). Pameran yang berlangsung 9 Juni hingga 13 Juni tersebut menghadirkan berbagai pernak-pernik yang berkaitan dengan pernikahan. Mulai undangan, dekorasi, dokumentasi, gaun pengantin, hingga hiburan untuk mengisi pesta

Jumat, 18 Juni 2010

Kemenag Lobi DPR agar Setujui Rencana Kenaikan BPIH 2010

Kemenag Lobi DPR agar Setujui Rencana Kenaikan BPIH 2010
Kemenag Lobi DPR agar Setujui BPIH

JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) terus melobi DPR agar menyetujui rencana kenaikan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) 2010. Kemenag beralasan, dengan kenaikan BPIH USD 133, pelayanan bagi jamaah akan ditingkatkan tanpa kecuali.

Sebab, komponen BPIH itu dinilai telah memenuhi standar prosedur pembiayaan di sejumlah sektor pelayanan haji dan manfaatnya langsung dirasakan para jamaah. ''Komitmen meningkatkan pelayanan itu sudah kami buktikan melalui pemondokan yang letaknya lebih dekat dengan Masjidilharam,'' ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Abdul Ghafur Djawahir kemarin (12/6).

Sebelumnya, sejumlah komponen BPIH disepakati Kemenag dan DPR. Terutama, biaya yang dibebankan kepada jamaah (direct cost). Misalnya, biaya pelayanan (general service) di Arab Saudi USD 276,6 per jamaah. Komponen lain yang juga disepakati adalah biaya angkutan darat dan administrasi. Biaya tersebut tidak bisa ditawar karena sesuai kebijakan pemerintah Saudi. Besarnya ditetapkan 1.500 riyal atau USD 405.

Menurut Ghafur, BPIH yang diajukan pemerintah sudah memenuhi kriteria ideal. Sebab, tim perumus komponen BPIH bekerja maksimal agar tidak ada pos yang merugikan jamaah. Pihaknya kini juga fokus menuntaskan problem yang mengancam kelancaran pelaksanaan haji. Misalnya, jamaah haji nonkloter yang bisa membebani anggaran pemerintah.

''Seperti tahun-tahun sebelumnya, haji nonkloter itu lebih banyak telantar dan kehabisan bekal. Jadi, anggaran dan pelayanan bagi jamaah haji resmi terganggu dengan kehadiran mereka,'' terang Ghafur.

Pada 2009, tercatat 3.750 jamaah haji ilegal telantar di Arab Saudi. Mereka berangkat dengan visa turis dan masuk melalui berbagai negara tetangga Saudi karena ingin berhaji tanpa terjebak daftar tunggu (waiting list). ''Jadi, mereka tidak terdaftar jamaah haji reguler maupun khusus,'' jelasnya.

Di tempat terpisah, Garuda Indonesia telah menyiapkan 15 pesawat berbadan lebar untuk memberangkatkan calon jamaah haji (CJH) Indonesia. Sebagian pesawat itu milik Garuda. Ada juga yang disewa dari Amerika Serikat, Eropa, dan Singapura. Jenis pesawatnya adalah Boeing 747, Boeing 767, dan Airbus 330. ''Jenis-jenis pesawat itu sudah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan Kementerian Agama,'' ujar Dirut Garuda Emirsyah Satar.

Dia menyatakan, pesawat yang disiapkan tersebut telah diremajakan. Yang tertua baru berusia 10 tahun karena kebanyakan diproduksi pasca-2000. Bahkan, di antara pesawat haji itu, disiapkan pula pesawat buatan 2010. ''Ini komitmen kami untuk pelayanan,'' tegasnya.

Soal permintaan agar Garuda menurunkan margin keuntungan biaya haji, dia menolak berkomentar. Dia menyatakan hal tersebut akan dibahas secara internal sebelum disampaikan kepada publik.

Sementara itu, Ketua Komisi VIII DPR Abdul Kadir Karding mengungkapkan, pihaknya akan terus mendorong supaya biaya ibadah haji diturunkan. Menurut dia, komponen BPIH yang masih mungkin diturunkan adalah biaya penerbangan.

Dia menyebutkan, tawaran Garuda untuk menurunkan biaya penerbangan sekitar USD 18 per jamaah masih belum final. Pengurangan juga akan diupayakan dari banyak komponen. Misalnya, biaya petugas, seragam, asuransi, dan beban biaya sejenis.

''Termasuk, potensi pembiayaan haji melalui subsidi silang dan dari bunga simpanan biaya haji yang jumlahnya diperkirakan Rp 2,1 triliun,'' ungkapnya

Kamis, 17 Juni 2010

Dahlan Iskan: Tantang Gratiskan untuk Rakyat Miskin

Dahlan Iskan: Tantang Gratiskan untuk Rakyat Miskin
JAKARTA - Banyaknya kritik tentang subsidi listrik yang dinilai salah sasaran membuat Dirut PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Dahlan Iskan memutar otak. Dia akan minta pemerintah menyerahkan subsidi listrik secara langsung kepada rakyat miskin, bukan kepada PLN seperti biasanya.

"Teorinya, subsidi itu untuk orang, bukan perusahaan," kata Dahlan dalam media briefing Forum Diskusi Wartawan Keuangan dan Moneter (Forkem) di Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu, kemarin (12/6).

Menurut dia, jika subsidi tidak dikucurkan kepada perusahaan, masyarakat bisa membayar biaya pemakaian listrik sesuai dengan tarif yang ditetapkan oleh PLN. Selain itu, sistem tersebut mengharuskan mereka yang tak layak dapat subsidi membayar listrik sesuai dengan biaya pokok produksi (BPP). Itu berbeda dengan saat ini. Dengan subsidi yang dikucurkan oleh pemerintah kepada PLN, pemberian subsidi tak terkontrol.

Dahlan menyebut konsep subsidi listrik itu hampir mirip dengan BLT (bantuan langsung tunai), yang juga kompensasi dari kenaikan harga BBM. Bedanya, papar dia, PLN memiliki data tentang siapa saja konsumen yang layak menerima subsidi. Hal tersebut bisa menghindarkan kesalahan pemberian subsidi. "Data kami valid," ujarnya.

Subsidi langsung itu juga memiliki manfaat lain. Masyarakat yang menerima subsidi, ungkap Dahlan, otomatis berupaya menghemat pemakaian listrik. "Misalnya, saya mendapatkan subsidi Rp 50 ribu. Saya akan berpikir, daripada semuanya untuk listrik, saya sisihkan sekian untuk biaya sekolah anak. Artinya, saya harus menghemat listrik," jelasnya.

Pada kesempatan itu, Dahlan juga mengungkapkan kekesalannya atas dilema tarif dasar listrik (TDL) yang bakal naik pada 1 Juli nanti sebesar 10 persen. Dia mempertanyakan kenapa PLN selalu disalahkan setiap kali TDL naik. Padahal, naik atau tidaknya TDL ditentukan oleh pemerintah dan DPR.

"Di DPR, saya tiba-tiba ditanya, untuk apa Anda jadi Dirut PLN kalau hanya menaikkan TDL? Saya tidak habis pikir, kok pertanyaan seperti itu malah datang dari DPR," katanya. "Saya ditanya lagi, berarti, Anda tidak membela rakyat miskin?" lanjut pria kelahiran Magetan tersebut.

Dahlan justru balik menantang, kalau memang ingin membela rakyat miskin, kenapa tidak sekalian saja menggratiskan listrik untuk mereka. Sayang, tantangan itu tak terlalu digubris para wakil rakyat. "Mungkin mereka mengira saya gila," ujarnya lantas terkekeh.

Dia menyatakan tidak guyon ketika menantang listrik gratis untuk rakyat miskin. Menurut bapak dua anak itu, masyarakat miskin bisa diberi listrik gratis asal para pelanggan dengan daya di atas 450 watt membayar listrik sesuai dengan BPP.

Itu membuat PLN kehilangan duit Rp 1,5 triliun (dari 20 juta pelanggan berdaya 450 watt). Namun, perusahaan pelat merah tersebut justru bisa meraup Rp 15 triliun-Rp 20 triliun dari pelanggan berdaya di atas 450 watt.

"Warga miskin itu kan diperkirakan mereka yang punya lima bohlam, satu televisi, satu VCD, setrika, dan satu rice cooker yang dipakai bergantian dengan setrika," tutur Dahlan.

Dia menambahkan, bisnis listrik adalah bisnis unik. Itu amat berbeda dengan bisnis telekomunikasi dan perbankan. Ketika terjadi persaingan pada dua sektor bisnis tersebut, konsumen sangat diuntungkan karena harga semakin murah.

Namun, di bisnis energi, harga justru makin naik ketika tidak ada monopoli oleh PLN. Sebab, ungkap dia, perusahaan listrik swasta tidak bakal mau mematok harga di bawah ongkos produksi. Berbeda dengan PLN yang menarik Rp 650 per kwh kepada konsumen padahal BPP Rp 1.200 per kwh. Artinya, PLN tekor Rp 550 per kwh untuk setiap listrik yang dijual.

Dahlan memperkirakan harga listrik naik 30 persen bila bisnis itu benar-benar diserahkan kepada mekanisme pasar. "Di Filipina harga listrik sangat mahal karena diserahkan sepenuhnya kepada swasta," ungkap dia.

Pernyataan Dahlan dibenarkan oleh Fabby Tumiwa, pengamat kelistrikan yang hadir dalam acara tersebut. Menurut dia, upaya swastanisasi pengelolaan listrik pernah dilakukan oleh negara-negara maju, seperti AS dan Inggris. Bahkan, Inggris berani menerapkan praktik unbundling dalam pengelolaan setrum itu. Yakni, memisahkan pengelolaan transmisi, distribusi, dan pembangkitan listrik. Itu terbagi-bagi dalam sejumlah perusahaan yang berbeda.

Namun, lanjut Fabby, lambat laun ada persoalan sehingga perusahaan-perusahaan tersebut merger satu sama lain. Bahkan, sejumlah perusahaan yang dianggap paling besar harus rela merger. Sebab, karakter bisnis listrik sangat berbeda.

Menurut dia, perusahaan listrik tak menciptakan listrik. "Hanya meng-generate untuk menghasilkan listrik dengan bahan bakar primer. Karena itu, pasokan dan harganya sangat ditentukan oleh harga bahan bakar," jelasnya.

Bisnis listrik, lanjut dia, tak bisa dibandingkan dengan bisnis telekomunikasi. Dia menganalogikan, apabila punya duit USD 50 juta, seorang investor bisa mendirikan perusahaan telekomunikasi dengan coverage area yang lumayan. Dalam kisaran waktu tak lama, investor bisa meraup keuntungan.

Investasi dalam jumlah sama tak berlaku di bisnis listrik. Uang sejumlah itu, papar dia, hanya mampu memenuhi kebutuhan listrik satu kampung kecil. "By nature, bisnis tersebut memang memiliki banyak barier (kendala, Red)," terangnya.

Dahlan menjelaskan, upaya menekan BPP sudah dilakukan. Antara lain, meminimalkan potensi korupsi dalam pengadaan barang dan transparansi keuangan. PLN bahkan sudah menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Itu dilakukan agar setiap transaksi pengadaan barang dan keuangan PLN bisa diakses lembaga-lembaga tersebut. "Jadi, tidak perlu tanya-tanya, semuanya sudah online dan live, bisa mereka lihat. Bahkan, beli aromaterapi pun bisa ketahuan," katanya lantas terbahak

Selasa, 15 Juni 2010

Temui Amien Rais, Herawati Curhat Ketidakadilan yang Menimpa Susno

Temui Amien Rais, Herawati Curhat Ketidakadilan yang Menimpa Susno
JAKARTA - Keluarga mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji melakukan berbagai ikhtiar untuk membebaskan dia dari tahanan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Istri Susno, Herawati, kemarin (12/6) mendatangi mantan Ketua MPR Amien Rais.

Menurut Roy Bangun, juru bicara keluarga Susno, Herawati ingin curhat (mencurahkan hati) tentang ketidakadilan yang selama ini menimpa sang suami. ''Ibu (Herawati, Red) menyampaikan apa yang dirasakan kepada Pak Amien soal tidak adanya rasa keadilan itu. Mau berbicara dari hati ke hati,'' ujar Roy di kediaman Amien Rais di Perumahan Taman Gandaria, Jakarta Selatan, kemarin.

Keluarga Susno ingin menjelaskan kepada Amien secara langsung mengenai kondisi Susno yang kini mendekam di Markas Komando (Mako) Brimob Kelapa Dua, Depok. ''Pak Amien itu tokoh nasional. Jadi, wajarlah kalau Pak Amien perlu mengetahui kondisi keluarga Pak Susno. Diharapkan, Pak Amien menerima masukan yang disampaikan ibu dan membantu apa yang harus dilakukan,'' katanya.

Mewakili suaminya, Herawati meminta nasihat dari Amien karena Susno menganggap hukum sudah tidak berlaku lagi bagi dirinya. Selain itu, Susno menganggap Amien sebagai tokoh reformasi nasional.

''Pak Susno memerlukan nasihat dari tokoh reformasi dan tokoh nasional sepeti Pak Amien Rais. Ini dilakukan karena hukum sudah tidak berlaku bagi Pak Susno,'' ujar Avian Tumengkol, juru bicara keluarga Susno yang lain, di tempat yang sama.

Dalam kesempatan itu, Roy menuturkan, selama dalam tahanan, kondisi kesehatan Susno tetap baik. Dia mengungkapkan bahwa Susno masih rajin berolahraga setiap pagi. ''Pak Susno sehat, tetapi kurusan sedikit,'' katanya tanpa menjelaskan berat badan Susno saat ini.

Setelah bertemu secara tertutup dengan Herawati, Amien menuturkan, tiga hari sebelum pertemuan di kediamannya, dirinya mendapat surat bertulisan tangan dari Susno di tahanan. ''(Surat itu) intinya menyatakan, dia (Susno) merasa mendapat ketidakadilan dalam hukum. Lalu, sekarang saya menyaripatikan pertemuan ini dari hati ke hati dengan Bu Susno yang membahas beberapa poin,'' jelas mantan ketua PP Muhammadiyah itu.

Amien menyatakan, dirinya sependapat dengan keluarga Susno yang meyakini bahwa kasus yang dituduhkan kepada jenderal berbintang tiga polisi itu merupakan rekayasa maupun reka fakta. Karena itu, Susno dijebloskan ke dalam tahanan. ''Saya kira, cara pencokokannya mencederai rasa keadilan. Saya meminta penegak hukum menyudahi rekayasa dan reka fakta ini,'' tegasnya.

Kunjungan Herawati itu, tampaknya, tidak sia-sia. Amien berjanji sebisa mungkin membantu Susno. Itu dilakukan dengan memberikan masukan kepada Kapolri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait dengan kasus yang menjerat mantan Kapolda Jabar tersebut.

Selain itu, Amien meminta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LSPK) memberikan perlindungan secara maksimal kepada Susno dan memindahkan safe house dari tahanan Mako Brimob ke tempat lain yang ditunjuk LPSK.

''Yang pasti, saya akan menjenguk Pak Susno Duadji. Apalagi, Bu Herawati dan istri saya adalah teman lama waktu di Solo. Hal ini dilakukan agar saya mendapat data otentik tentang berita Susno, bukan dari Anda atau dari juru bicara,'' ujar Amien tanpa menjelaskan kapan dirinya akan menjenguk Susno.

Dia menilai citra penegakan hukum saat ini sudah morat-marit, sehingga rakyat menjadi tidak percaya lagi kepada aparat hukum. Karena itu, dalam kasus Susno, dia meminta pemerintah tidak membuat ketidakpercayaan rakyat makin tinggi lewat intervensi politik. ''Kalau perlu, saya akan kasih masukan ke Kapolri dan bahkan SBY,'' jelas ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut

Jimly Asshiddiqie Daftar Calon Pimpinan KPK, Diminta Mundur dari Wantimpres

Jimly Asshiddiqie Daftar Calon Pimpinan KPK, Diminta Mundur dari Wantimpres
JAKARTA - Masa pendaftaran calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi ditutup tadi malam pukul 24.00. Dua di antara lima nama yang direkomendasikan Forum Rektor Indonesia, yakni Busyro Muqoddas (ketua Komisi Yudisial) dan Jimly Asshiddiqie (anggota Dewan Pertimbangan Presiden/Wantimpres), akhirnya melamar dan siap berkompetisi dalam bursa calon pimpinan KPK.

Jimly telah mengirimkan surat pemberitahuan pencalonan dirinya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui Ketua Wantimpres Emil Salim.

''Nanti jawabannya dari presiden. Ya selama itu keinginan yang bersangkutan, silakan mengikuti mekanisme dan persyaratan-persyaratan yang ditetapkan undang-undang,'' kata Menko Polhukam Djoko Suyanto setelah rapat di Kantor Presiden kemarin (14/6).

Sesuai perundang-undangan, kata dia, Jimly seharusnya mengundurkan diri dari anggota Wantimpres sebelum memasukkan berkas lamaran. ''Syaratnya, karena dulu diangkat sebagai (anggota) Wantimpres, seyogianya beliau mengundurkan diri dulu dari Wantimpres, baru mendaftar,'' jelas mantan panglima TNI tersebut.

Menurut Djoko, surat pengunduran diri Jimly secara langsung belum diterima presiden. Presiden menyerahkan seluruh mekanisme penjaringan calon pimpinan KPK kepada pansel. Presiden tidak akan mendukung calon tertentu.

Jimly bersama Busyro memang disebut-sebut sebagai dua calon kuat pimpinan KPK. Jimly mendatangi panitia seleksi (pansel) calon pimpinan KPK di gedung Kemenkum HAM kemarin pukul 13.20 atau tepat pada hari terakhir pendaftaran.

Jimly yang mengenakan jas cokelat tiba lebih dulu. Dia ditemani aktivis LSM Ray Rangkuti serta ekonom Christianto Wibisono. Berkas Jimly langsung diterima pansel karena sudah dinyatakan lengkap.

Saat ditanya alasan mendaftar, Jimly yang awalnya menyatakan masih terikat kontrak dengan Wantimpres mengungkapkan bahwa dirinya hanya memenuhi harapan masyarakat. ''Karena begitu banyak harapan dari masyarakat, saya kemudian mendaftarkan diri,'' ujar mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut. Jimly menambahkan, Ikatan Sarjana Hukum Indonesia (ISHI) bahkan mendatangi dirinya di kantornya.

Soal restu presiden terkait pencalonannya sebagai pimpinan KPK, dia mengungkapkan secara implisit bahwa presiden telah memberikan sinyal positif. ''Tidak ada komunikasi secara khusus dengan presiden. Tapi, saya hanya melihat sinyal bahwa beliau tidak berkeberatan jika saya mundur dari Wantimpres pada saatnya nanti kalau terpilih,'' ungkapnya. Jimly juga tidak berkeberatan jika memang harus bertugas di KPK hanya setahun, tidak empat tahun.

Selang 30 menit kedatangan Jimly, Busyro tiba di gedung Kemenkum HAM. Dia juga telah melengkapi semua persyaratan pendaftaran. Berbeda dari Jimly, Busyro menuturkan, dirinya mendaftar karena merasa terpanggil. ''Sebab, korupsi semakin sistemik dan sangat masif. Korupsi itu menyengsarakan rakyat dan merontokkan wibawa negara. Karena itu, saya terpanggil,'' tegasnya.

Soal jabatan di KY, dia mengungkapkan masa jabatannya itu segera berakhir pada Oktober 2010. Jika terpilih sebagai pimpinan KPK, dia berjanji mengundurkan diri. Seperti Jimly, Busyro tidak mempermasalahkan masa jabatan yang masih simpang siur. ''Saya percayakan sepenuhnya kepada pemerintah dan DPR,'' imbuhnya.

Merespons pendaftaran Jimly dan Busyro, Menkum HAM sekaligus Ketua Pansel Patrialis Akbar merasa senang. ''Yang selama ini ngumpet akhirnya daftar juga,'' katanya di sela pendaftaran calon pimpinan KPK. Dia membantah memihak pendaftar tertentu. Dia menegaskan bahwa semua pendaftar memiliki kualitas bagus.

Meski begitu, ada sejumlah pihak yang merasa didiskriminasi atas kehadiran Jimly dan Busyro. Salah satunya diutarakan mantan penyidik Ditjen Bea Cukai Kemenkeu Madju Darianto. Dia berharap Patrialis tidak memberikan perlakuan berbeda kepada Jimly dan Busyro. ''Kami (sesama kandidat) berharap hal tersebut tidak menjadi perlakuan VIP di proses selanjutnya,'' ujarnya.

Selain Jimly dan Busyro, terdapat sejumlah tokoh masyarakat yang ikut meramaikan bursa calon pimpinan KPK pada hari terakhir pendaftaran. Di antaranya, Bambang Widjojanto (advokat Bibit-Chandra), mantan Mensesneg Bondan Gunawan, Ketua Komisi I DPD Farouk Muhammad, anggota DPD I Wayan Sudhirta, serta mantan anggota DPR Djoko Edi Abdurrahman.

Wayan yang didampingi sejumlah koleganya sesama anggota DPD mendatangi pansel pukul 14.15. Kolega Wayan itu adalah Dani Anwar (anggota DPD dari DKI), Paulus Yohanes Sumino (Papua), Tellie Gozalie (Bangka-Belitung), Denty Ekawidi Pratiwi (Jateng), dan Nurmawati Dewi Bantilan (Sultra). ''Apa pun hasilnya, semua harus legawa. Percayakan pada pansel dan DPR,'' tegas Wayan kemarin (14/6).

Dia menyatakan tidak risau atas turut mendaftarnya Jimly dan Busyro. Dua tokoh itu memang berpotensi menjadi kandidat kuat. ''Semakin banyak yang melamar semakin bagus. Hasil proses seleksi ini bukan soal siapa yang menjadi ketua KPK. Tapi, muaranya adalah korupsi bisa diberantas,'' ujar ketua Kaukus Antikorupsi DPD tersebut.

Wayan mengaku mulai termotivasi setelah ada dukungan kepada dirinya. Awalnya, Ketua MK Mahfud M.D. mendorong Wayan dan Busyro agar mendaftar. Selanjutnya, Ketua DPD Irman Gusman juga mendukung Wayan. Para koleganya sesama penghuni kamar senator di Senayan ternyata juga menggalang tanda tangan dukungan. Promotornya adalah Dani Anwara. Sampai kemarin, terkumpul 77 tanda tangan.

Sementara itu, Djoko Edi Abdurrahman juga terlihat mendatangi pansel. Selain mendaftar sendiri, dia didaftarkan oleh Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia (Ismahi). ''Saya siap menjadi anjing penjaga keuangan negara. KPK juga harus diselamatkan dari manajemen yang bocor. Saya ahli manajemen ekonomi, IT, dan hukum,'' ungkap Djoko.

Menurut dia, untuk memberantas korupsi, memang dibutuhkan orang yang mencintai bangsa ini lebih daripada mencintai diri sendiri. Bagi dia, tidak masalah jika akhirnya nanti dirinya masuk penjara hanya karena memberantas korupsi. Djoko menegaskan, jika nanti terpilih, kasus Century harus diusut tuntas. Hukuman mati terhadap koruptor harus diberlakukan. ''Jika tidak, Indonesia akan stagnan dalam pemberantasan korupsi,'' ujarnya.

Hingga sekitar pukul 16.00, total pendaftar yang telah melengkapi berkas mencapai 268 orang. Rinciannya, advokat (78 orang), PNS atau pensiunan PNS (61 orang), TNI-Polri (22 orang), akademisi (23 orang), swasta (72 orang), jaksa atau pensiunan jaksa (9 orang), serta hakim atau pensiunan hakim (3 orang). Di antara jumlah total tersebut, terdapat 249 pendaftar laki-laki dan sisanya pendaftar wanita (19 orang).

Menanggapi banyaknya pendaftar, pansel pimpinan KPK pun memilih memperpanjang waktu pendaftaran hingga pukul 24.00. Pansel juga memberikan kelonggaran kepada pendaftar yang persyaratannya belum lengkap agar melengkapi hari ini, 15 Juni, pukul 08.00.

Di tempat terpisah, Wakil Ketua DPR Pramono Anung mendukung pencalonan Jimly dan Busyro. Dia menyatakan, track record keduanya tidak diragukan lagi. Salah satu di antara dua orang itu berpotensi menjadikan KPK lebih kuat daripada sebelumnya. ''Keduanya bagus, tidak perlu diragukan lagi,'' ungkap Pram di gedung parlemen, Jakarta, kemarin (14/6).

Hanya, yang patut disayangkan adalah masa kerja keduanya. Menurut Pram, dengan kualitas seperti Jimly dan Busyro, tidak cukup jika mereka hanya berstatus sebagai pengganti. ''Ini jadi terlalu buang energi karena jabatannya hanya setahun,'' kata Pram.

Seharusnya, keduanya menunggu setahun lagi, saat pemilihan pansel KPK dalam waktu normal dilaksanakan. Hal itu lebih efektif karena keduanya bisa bekerja sama dalam memperbaiki kinerja KPK. ''Saat ini, beban politiknya terlalu besar, sehingga tidak efektif karena waktunya pendek,'' jelasnya. (sof/ken/pri/bay/c5/agm)

Senin, 14 Juni 2010

Personel Denver Nuggets Dancers Peduli Sesama Lewat Acara NBA Cares

Personel Denver Nuggets Dancers Peduli Sesama Lewat Acara NBA Cares
NBA Cares Kunjungi Sekolah Nyaris Roboh

SURABAYA - NBA Madness presented by Jawa Pos boleh mengusung label even entertainment dengan nuansa basketball lifestyle. Namun, even yang kemarin (12/6) memasuki hari ketiga penyelenggaraan di atrium Tunjungan Plaza (TP) 3 itu tak hanya bernuansa hura-hura. Para personel Denver Nuggets Dancers yang menjadi bintang tamu pekan pertama even tersebut juga menunjukkan kepedulian kepada sesama lewat acara NBA Cares.

Kemarin Kali, Nikki, Katie, Devyn, Nicole, dan Chelsea mengunjungi SDN Wonorejo V di kawasan Jalan Kedungdoro. Mereka ditemani sang manajer, Amy Jo Wagner, Events and Attractions Group Director NBA Asia Ritchie Lai, Direktur Jawa Pos Azrul Ananda, serta beberapa staf NBA Asia dan DBL Indonesia.

Begitu tiba di gerbang sekolah itu, gadis-gadis cantik tersebut langsung mendapatkan sambutan meriah. Hampir seluruh pelajar SDN Wonorejo V, yang jumlahnya sekitar 219 anak, tumpah ruah di lapangan sekolah yang luasnya tak sampai 20 x 20 meter persegi. Mereka mengalungkan rangkaian bunga melati kepada Nicole, Katie, Chelsea, Kali, Nikki, dan Devyn.

Sebagian murid mengenakan topi dari kertas yang ditempeli foto-foto para dancer yang diambil dari pamflet. Enam siswa juga membawa papan, yang masing-masing ditempeli foto para dancer dalam ukuran besar. Para siswa menyambut mereka dengan nyanyian Welcome Denver Nuggets yang diiringi angklung. Nada lagu itu mengadopsi nada lagu Ambilkan Bulan Bu. Hanya, liriknya diganti.

Untuk enam penari tersebut, disediakan kursi sederhana di depan ruang guru. Begitu mereka duduk, tujuh siswi SDN Wonorejo V menyuguhkan tarian santren tanan. Setelah itu, para penari cilik tersebut menghampiri para dancer dan menyerahkan kenang-kenangan berupa celemek yang mereka buat sendiri. Tiap-tiap celemek itu sudah diberi sulaman nama para dancer. "So sweet. Bagus sekali," komentar Chelsea.

Setelah menyaksikan tarian, para dancer itu diajak memasuki ruang kelas II SDN Wonorejo V. Di sana mereka disambut 29 murid kelas II. "Hello," sapa para siswa tersebut sambil melambai-lambaikan tangan kepada para dancer. "Cantik-cantik, ya," celetuk Oksa Satrio, salah seorang siswa, sambil berkacak pinggang dengan genit. Celetukan itu tentu saja membuat semua yang hadir tertawa terbahak-bahak.

Para penari tersebut kemudian satu per satu memperkenalkan diri kepada para siswa. Ketika itulah kelucuan kembali terjadi. Para siswa mengira sang guru, Istiana, meminta mereka meniru ucapan para dancer. Karena itu, setiap kali salah seorang dancer menyebutkan nama, dengan kompak dan bersemangat mereka menirukan ucapan sang dancer.

Misalnya, ketika Kali berucap, "Hai, I'm Kali," dengan spontan mereka menirukan ucapan tersebut. "Hai, I'm Kali," kata mereka kencang-kencang. Demikian seterusnya hingga enam penari selesai memperkenalkan diri. Hal tersebut tentu saja membuat gelak tawa kembali membahana.

Melihat ulah para siswa itu, sang kepala sekolah yang kebetulan punya dasar sebagai guru bahasa Inggris, Subandi SPd, berusaha membenarkan. "Maksud mereka itu memperkenalkan diri. Jangan ditirukan," tutur Subandi. Mendengar penjelasan sang kepala sekolah, anak-anak tersebut tersipu malu.

Setelah tawa di ruang tersebut agak reda, para dancer menyatakan bahwa hari itu mereka datang untuk mengajarkan sebuah nyanyian kepada para pelajar SDN Wonorejo V. Judul lagu itu adalah Itsy Bitsy Spider, berkisah tentang petualangan seekor laba-laba yang memanjat talang saat turun hujan.

Itu adalah lagu anak-anak yang populer di Inggris dan negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Termasuk, Amerika Serikat, negara asal Denver Nuggets Dancers. Cara menyanyikannya diikuti gerakan tangan dan mimik untuk menggambarkan lirik yang dinyanyikan.

"The itsy bitsy spider climbed up the water spout. Down came the rain and wash the spider out. Out came the sun and dried up the rain. And the itsy bitsy spider climbed up the spout again," demikian nyanyian para dancer ketika mengajari para siswa kelas II.

Kala mengajarkan nyanyian itu, para dancer juga memberikan contoh gerakan yang menggambarkan isi lirik dengan tangan mereka. Misalnya, gerakan laba-laba merayap, hujan turun, serta matahari bersinar. Pelajaran itu dengan cepat ditangkap para siswa. Mereka langsung bisa menirukan apa yang diajarkan oleh para dancer. "Great. Hebat sekali," kata Nicole sambil bertepuk tangan dan tertawa.

Sesudah mengajarkan nyanyian, para dancer itu berfoto bersama para pelajar. Mereka juga menyerahkan kenang-kenangan dari NBA dan Honda kepada sang kepala sekolah, Subandi. Mereka juga memberikan white board yang disiapkan oleh PT MPM Motor Honda, salah satu partner NBA Madness.

Kunjungan dan segala yang diberikan oleh NBA Cares tentu saja membuat sekolah tersebut merasa sangat bangga. "Saya sangat senang. Suatu kebanggaan bagi kami dikunjungi para dancer dari NBA," terang dia.

Atas kunjungan itu, Subandi merasa sekolahnya diperhatikan oleh orang-orang dari luar negeri. Terlebih, sekolah yang dipimpinnya sejak Januari 2010 tersebut tidak termasuk sekolah dengan kondisi bangunan yang bagus. Kuda-kuda atap kelas III dan V sekolah itu hampir roboh sehingga harus disangga dengan bambu.

Ruang itu awalnya juga ingin ditunjukkan kepada para dancer. Akan tetapi, karena takut membahayakan keselamatan mereka jika ada eternit yang jatuh, rencana tersebut dibatalkan. "Tapi, saya harap, setelah ini perhatian pemerintah sedikit tertuju ke sini. Semoga bangunan sekolah kami bisa segera diperbaiki," ucap Subandi.

Kunjungan para dancer itu tentu saja sangat berkesan bagi pelajar SDN Wonorejo V. "Senang, bisa ketemu langsung. Orangnya cantik, baik, dan ramah. Saya pengin bisa seperti mereka," kata Eva Febiana Dani, siswa kelas IV SDN Wonorejo V.

Bagi para dancer, kunjungan tersebut juga sangat berkesan. "Itu memori yang tidak akan pernah hilang sampai kapan pun," ujar Nikki. Hal tersebut dibenarkan oleh Devyn. "Anak-anak di sekolah itu sangat luar biasa. Mereka belajar dengan cepat apa yang kami ajarkan," terang dancer yang saat ini masih berstatus mahasiswi tersebut.

Setelah NBA Cares, para dancer kembali ke venue NBA Madness di atrium TP 3. Mereka tampil untuk menghibur penonton dan menjadi juri di babak Top Ten Flexi Dance Competition. Merekalah yang menentukan lima tim yang melaju ke final kompetisi tersebut hari ini.

Sorenya, Denver Nuggets Dancers berkunjung ke ruang redaksi Jawa Pos di Graha Pena lantai 4, Surabaya. Di sana mereka menandatangani poster bergambar pose mereka saat di berada Monumen Tugu Pahlawan serta halaman depan Jawa Pos.

"Jawa Pos memiliki lebih dari seratus anak perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Ketika berita Anda dimuat di Jawa Pos, otomatis itu akan tersebar ke seluruh Indonesia pula," jelas Azrul.

Pada dancer bangga mendengar penjelasan itu. "Wow!" ucap mereka.

Hari keempat NBA Madness presented by Jawa Pos hari ini bakal menjadi salah satu yang terheboh. Sebab, hari ini dilombakan final Flexi Dance Competition. Bagi yang belum menyaksikan aksi Denver Nuggets Dancers, hari ini adalah kesempatan terakhir.

Karena penampilan terakhir, tentu saja Denver Nuggets Dancers bakal menyuguhkan aksi terbaik. Aksi mereka akan dimeriahkan oleh dua dancer pilihan yang mereka seleksi dari peserta Flexi Dance Competition. Selain itu, mereka bakal menjadi host NBA Dance Clinic bersama lima finalis Flexi Dance Competition.

Selain nge-dance dan jadi juri, Denver Nuggets Dancers dijadwalkan bakal menampilkan kebolehan lain dalam hari terakhirnya di Surabaya hari ini. Berkolaborasi dengan bintang-bintang National Basketball League (NBL) Indonesia, mereka akan menjajal beberapa game NBA Madness

Minggu, 13 Juni 2010

Timur Tengah yang Kian Ruwet

Timur Tengah yang Kian Ruwet
SIAPA pun yang berharap akan datangnya perdamaian atau setidaknya ketenangan dan kestabilan di Timur Tengah tidak ubahnya menunggu Godot yang tidak pernah datang di lakon karya Samuel Beckett yang terkenal itu. Hari-hari ke depan, kawasan tersebut justru akan semakin bergolak seiring dengan sikap kepala batu Israel.

Bukannya secara terbuka meminta maaf atas kebiadaban tentara mereka kepada para aktivis perdamaian di Kapal Mavi Marmara, Israel malah semakin provokatif. Mereka menolak investigasi internasional atas insiden itu dan memilih untuk menyelidiki sendiri -yang hasilnya nanti tentu saja bakal jauh dari objektif. Yang lebih parah, mereka justru menegaskan bakal lebih memperketat blokade atas Gaza.

Padahal, blokade perbatasan yang mereka lakukan sejak 2007 telah mengakibatkan 80 persen dari total 1,5 juta warga Gaza menderita lahir batin. Pengobatan sulit didapatkan penghuni wilayah yang dikuasai Hamas itu yang sedang sakit. Begitu pula bahan kebutuhan hidup. Termasuk, tentu, susu untuk anak-anak.

Kebengalan Israel tersebut juga langsung memicu kemarahan besar Turki. Maklum, mayoritas di antara total aktivis yang tewas di atas Kapal Mavi Marmara adalah warga negeri yang terletak di dua benua tersebut.

Perdana Menteri Turki Recep Tayip Erdogan menarik duta besarnya di Tel Aviv. Deputi Perdana Menteri Bulent Arinc menyatakan bahwa negaranya bakal mengurangi kerja sama ekonomi dan pertahanan dengan Negeri Yahudi tersebut. Duta Besar Turki untuk Amerika Serikat Namik Tan menegaskan bahwa Israel bakal kehilangan sekutu terbaik di Timur Tengah jika tidak meminta maaf kepada Turki.

Kemarahan Turki itu jelas kian menyuramkan suasana regional di Timur Tengah. Sebab, Turki selama ini memiliki posisi istimewa dalam konstelasi politik di kawasan tersebut. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim tapi berhaluan sekuler, negeri yang dulu bernama Konstatinopel itu bisa luwes mendayung di antara Israel, Palestina, negara-negara yang moderat terhadap Israel, dan negara-negara yang keras terhadap negeri zionis tersebut.

Kalau Amerika Serikat (AS) memiliki agenda pembicaraan damai Timur Tengah, Negeri Paman Sam itu juga biasanya meminta bantuan Turki untuk menjadi semacam mediator atau penyambung lidah. Semua itu bisa dilakukan Turki tanpa kehilangan independensinya.

Nah, kalau sang mediator sudah sedemikian marah kepada Israel, otomatis bakal sulit mencari negara yang bisa berperan sebagai penyeimbang dalam konflik Timur Tengah.

Mesir, yang juga punya hubungan diplomatik dengan Israel, terlalu menurut kepada Israel dan AS. Jordania? Pengaruh negeri monarki tersebut tidak terlalu bergaung di pentas regional.

Karena itu, semestinya, AS yang kini harus aktif berperan. Washington seharusnya bisa lebih menekan Tel Aviv agar sedikit mereduksi sikap kepala batu mereka. Israel memang mungkin tidak akan pernah meminta maaf atas tragedi Mavi Marmara. Tetapi, setidaknya, Washington harus bisa membujuk Tel Aviv agar kooperatif terhadap tim investigasi internasional -bila nanti sudah terbentuk- di bawah pengawasan PBB.

Persoalannya sekarang bergantung kepada kemauan. Baik itu kemauan AS untuk bertindak maupun kemauan Israel untuk berjiwa besar. Bukankah dalam pidatonya di Kairo dulu Obama menginginkan sebuah tata dunia baru yang ramah, toleran, dan egaliter? Kalau kemudian AS sudah berusaha, namun Israel tetap bergeming dengan sikapnya seperti sekarang ini, pernyataan kritikus kebijakan Israel asal AS Noah Chomsky memang benar: Israel itu negara teroris! (*)

PK, Upaya Minim Harapan

PK, Upaya Minim Harapan
Oleh Taufiqurrahman

TERJAWAB sudah teka-teki opsi yang akan dipilih Kejaksaan Agung merespons kekalahannya melawan Anggodo dalam perkara gugatan praperadilan pada tingkat banding di Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Jaksa Agung Hendarman Supandji secara tegas menyatakan bahwa kejaksaan akan mengajukan peninjauan kembali (PK). Selaras dengan ketentuan pasal 263 ayat (2) KUHAP, putusan banding pengadilan tinggi tersebut dinilai mengandung kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

Kasasi tidak ditempuh karena KUHAP menentukan bahwa putusan praperadilan tidak dapat dimintakan kasasi (pasal 45 ayat (2) UU No 5/2004 dan SEMA No 7/2005). Demikian halnya, deponering sebagai opsi yang pernah diwacanakan ketua Mahkamah Konstitusi juga tidak ditempuh. Itu dimaksudkan agar sikap ''ambivalensi'' tidak dituduhkan pada kejaksaan yang memang sejak awal memilih opsi surat ketetapan penghentian penuntutan (SKPP), bukan deponering.

Selain itu, hal yang lebih substantif adalah penghormatan terhadap asas ''persamaan di depan hukum'' (equality before the law), di mana saat ini Anggodo Widjojo tengah menjalani pemeriksaan terkait dengan kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra Marta Hamzah.

Terkait dengan opsi yang telah dipilih tersebut, pertanyaan yang relevan untuk dijawab adalah apakah upaya PK kejaksaan bisa mematahkan kemenangan Anggodo? Tidak bermaksud mendahului putusan atas PK tersebut, kalau memang tidak ada sesuatu yang luar biasa, serangan balik PK tersebut dipastikan kandas di tengah jalan.

Dengan kata lain, upaya PK kejaksaan hanya sia-sia belaka dan tidak akan mengubah keadaan yang ada saat ini, yaitu kemenangan bagi Anggodo. Sebaliknya, nama Anggodo semakin berkibar di tengah-tengah upaya penegakan hukum memberantas praktik markus.

Penyebab utama sulitnya kejaksaan mengalahkan gugatan praperadilan Anggodo adalah lemahnya substansi SKPP yang dibuat kejaksaan untuk menghentikan pemeriksaan terhadap Bibit-Chandra. Terlepas dari ada tidaknya kesengajaan dari kejaksaan untuk menyusun SKPP yang lemah, secara substantif SKPP tersebut mengandung pertimbangan yang inkonsistensi.

Sebagaimana tersurat dalam SKPP, ada dua alasan penghentian penuntutan. Pertama, alasan yuridis bahwa perbuatan Bibit-Chandra mengeluarkan surat cegah-tangkal terhadap Anggoro Widjojo dan Djoko Tjandra dianggap wajar karena hal itu merupakan tugas dan kewenangan mereka selaku pimpinan KPK. Terlebih, perbuatan serupa pernah dilakukan pimpinan KPK sebelumnya.

Pertimbangan sebagai alasan yuridis tersebut jelas kurang sejalan dengan ketentuan dalam pasal 140 ayat 2 huruf (a) KUHAP. Ada tiga alasan penghentian penuntutan menurut KUHAP. Yaitu, (1) tidak terdapat cukup bukti, (2) peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana, dan (3) perkara ditutup demi hukum, yakni dihapusnya hak menuntut tersebut dalam pasal 76, 77, dan 78 KUHP, yaitu nebis in idem, terdakwa meninggal dan lewatnya waktu.

Alasan yuridis penerbitan SKPP yang menyatakan bahwa perbuatan Bibit-Chandra merupakan tugas dan kewenangannya, tampaknya, tidak secara tegas mencerminkan tiga pertimbangan yang diakomodasi dalam KUHAP. Namun, kalaupun dipaksakan, alasan yuridis SKPP dapat diarahkan sebagai cermin pertimbangan kedua. Yaitu, perbuatan Bibit-Chandra bukan merupakan perbuatan pidana karena itu merupakan tugas dan kewenangannya selaku pimpinan KPK.

Penerbitan SKPP dengan alasan yuridis tersebut memang terkesan sangat dipaksakan. Sebab, selama berlangsungnya pemeriksaan terhadap Bibit-Chandra sebelum SKPP diterbitkan, Hendarman Supandji selalu menyatakan bahwa perkara tetap akan diteruskan ke pengadilan karena sudah cukup bukti. Selain itu, dalam beberapa kesempatan kala itu, jaksa agung menegaskan tidak akan terpengaruh wacana atau opini yang berkembang di luar yang tidak sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku untuk acara pidana.

Kesan pemaksaan alasan yuridis SKPP tersebut juga bisa dicermati dari pertimbangannya yang lebih membatasi pada sangkaan penyalahgunaan kewenangan. Padahal, kepolisian dan kejaksaan selama ini meyakini bahwa keduanya telah menerima suap dari Anggodo Widjojo melalui Yulianto yang dinilai missing link dalam kasus ini.

Hal itu memang selaras dengan tindak pidana yang disangkakan terhadap Bibit-Chandra. Yaitu, bertindak pidana sebagaimana diatur dalam pasal 23 UU Pemberantasan Tipikor jo pasal 421 KUHP dan pasal 12 huruf (e) jo pasal 15 UU Pemberantasan Tipikor.

Pertimbangan sebagai alasan yuridis tersebut jelas menunjukkan ketidakkonsistenan dengan tindak pidana yang disangkakan. Di satu sisi, perbuatan Bibit-Chandra secara parsial terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya bukan merupakan perbuatan pidana. Namun, di sisi lain terkait dengan sangkaan tindak pidana penyuapan secara implisit tetap sebagai perbuatan pidana.

Pertimbangan sebagai alasan yuridis untuk menghentikan penuntutan yang lebih mengarah pada sangkaan penyalahgunaan wewenang memang rentan untuk dikritisi. Padahal, sesuai berita acara pemeriksaan yang telah dilimpahkan penyidik ke kejaksaan, Bibit-Chandra tidak hanya disangka telah menyalahgunakan kewenangan, tapi juga tindak pidana lainnya terkait dengan dugaan menerima suap dari Anggodo.

Sebenarnya, kasus tersebut akan lebih baik dihentikan melalui produk hukum deponering atau pengesampingan perkara oleh jaksa agung. Sebab, KUHAP tidak mengakomodasi pengujian sah-tidaknya deponering yang semata-mata didasarkan pada alasan kepentingan umum. Yaitu, kepentingan bangsa dan negara atau kepentingan masyarakat luas.

Namun, apa dikata, nasi sudah menjadi bubur. Bibit-Chandra harus siap menghadapi kenyataan yang akan terjadi, sekalipun pahit rasanya. Sidang di pengadilan bukanlah hal yang harus dihindari. Justru banyak sisi positif kalau kasus Bibit-Chandra dan Anggodo bisa diselesaikan melalui pemeriksaan di pengadilan. Kepastian hukum benar tidaknya Bibit-Chandra terlibat dalam tindak pidana yang disangkakan sebelumnya oleh kepolisian dan kejaksaan bisa dijamin.

Apa pun hasilnya, upaya PK dan atau sidang pemeriksaan di pengadilan atas kasus Bibit-Chandra harus kita terima dengan kepala dingin dan lapang dada. Ini semua merupakan bagian dari proses penegakan supremasi hukum yang harus dilalui. (*)

*) Dr Taufiqurrahman SH MHum , wakil rektor Universitas Wijaya Putra